06 || Kabur

4.5K 446 10
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Renjun masih termangu di ranjang.
Kilasan rasa sakit di antara pahanya menyadarkannya. Dia menatap
noda darah pada sprei putih itu yang tampak mencolok.

Sungguh ironis, keperawanannya terenggut oleh bajingan berhati iblis yang ingin dibunuhnya.

Tubuh Renjun bergetar, hatinya
dipenuhi oleh rasa campur aduk yang
menyesakkan ketika dia mencoba
berdiri.

Noda merah itu sangat mengganggu Renjun. Hingga dengan kasar Renjun menarik sprei itu dan membantingnya ke lantai. Nafas Renjun terengah-engah dan entah mengapa kemudian tubuhnya ambruk ke lantai, menangis penuh emosi.

Ingatannya melayang kepada ayah dan ibunya, kepada dendamnya yang belum terbalaskan dan kepada nasibnya yang membuatnya terperangkap disini, dalam cengkeraman musuh terbesarnya.

Kini dia terpuruk disini, dalam cengkeraman Jeno. Dan yang
sangat menyakitkannya adalah
dia sungguh sangat tidak berdaya
menghadapi lelaki itu. Renjun mengusapair matanya tiba-tiba.

Tidak, aku sudah cukup menangis! Aku harus melawan dengan segala cara!

Dengan pelan Renjun melangkah ke kamar mandi. Dia harus mandi dan menghapus semua jejak dan noda yang ditinggalkan Jeno di tubuhnya.

Jeno boleh saja menodainya, tetapi
bukan berarti lelaki itu memilikinya. Renjun adalah wanita bebas, wanita bebas yang bertekad menghancurkan Jeno.

"Tunggu saja, aku hanya belum memiliki kesempatan."

•••

Renjun hanya duduk di kursi putih sepanjang waktu.

Dia putus asa, sebab setelah sekian lama berkeliling ruangan, memeriksa disetiap sudut kamar mandi dan jendela, tetap benar-benar tidak ada celah yang bisa digunakan sebagai jalannya utuk melarikan diri.

Putusasa, Renjun duduk sambil memeluk lututnya. Kalau terus begini, bagaimana caranya dia bisa keluar dari rumah ini? Sedangkan keluar dari rumah ini saja dia tidak mampu.

Mata Renjun melirik ke pintu kamar. Pintu yang terkunci itu adalah satu-satunya jalan keluar. Tetapi yang bisa keluar masuk dari pintu itu hanya Jeno, dan juga seorang lelaki bertampang dingin bernama Jisung, yang selalu ada disebelah Jeno setiap ada kesempatan.

Lelaki bertampang dingin itu sepertinya ditugaskan untuk mengantar makanannya.

Pikiran Renjun berputar. Memang
rasanya tidak mungkin, jika tidak dicoba dia tidak akan tahu.

Seperti sudah diatur, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka. Dan Renjun langsung terduduk tegak waspada menanti siapapun yang akan masuk.

Jisung muncul disana membawa nampan makanan. Wajahnya datar
tanpa ekspresi seperti biasanya. Dan Renjun langsung sengaja memasang
wajah kesakitan.

"Aku minta tolong.." rintihnya sesakit
mungkin.

Jisung mengernyit dan mendekat, "ada apa Nona?"

"Aku..aku mau muntah.tolong aku.."
Renjun meremas perutnya, berusaha
semeyakinkan mungkin.

Dan sepertinya Jisung tidak curiga, lelaki itu mendekat dan menatap Renjun.

"Kau mau dibantu ke kamar mandi?"

Renjun mengangguk lemah. Dengan tangan kuatnya, Jisung membantu Renjun berdiri dan memapah tubuh Renjun yang lunglai ke kamar mandi.

Ketika Jisung membuka pintu kamar mandi, Renjun berakting seolah-olah muntahnya akan keluar, hingga Jisung bergegas membawanya ke kamar mandi.

Di wastafel Renjun menundukkan kepalanya seolah-olah akan muntah
hebat, "handuk..tolong.." gumam Renjun lemah, sambil matanya melirik ke arah lemari handuk yang berada di ujung ruangan kamar mandi.

Masih tanpa curiga, Jisung melangkah ke arah lemari handuk. Saat itulah dengan secepat kilat Renjun melompat dan berlari ke arah pintu keluar kamar mandi.

Jisung menyadari kalau dia ditipu ketika melihat sekelebatan langkah cepat Renjun, dia berusaha mengejar tapi terlambat. Renjun yang berlari gesit sudah keluar dari kamar mandi dan membanting pintunya dari luar, lalu menguncinya rapat-rapat.

Dengan nafas terengah karena pacuan adrenalin, Renjun menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi, lalu memejamkan mata, tak peduli akan gedoran-gedoran marah Jisung dari dalam.

"Kau tidak akan bisa melarikandiri." Ancam Jisung berteriak dari dalam, "Tuan Jeno pasti akan menemukan Anda, dan aku bersumpah kalau Anda akan sampai membuat Tuan Jeno marah, Anda akan menyesalinya."

Teriakan-teriakan Jisung semakin keras dibarengi dengan gedoran-gedorannya dipintu. Kata-kata Jisung sempat membuat hati Renjun kecut, tapi dia menggelengkan kepalanya.

Jeno memang lelaki kejam, tetapi Renjun tidak boleh takut. Dia harus berani menantang Jeno, menunjukkan pada lelaki itu kalau dia bukanlah perempuan yang bisa ditundukkan dengan begitu mudahnya.

Dengan langkah hati-hati, Renjun membuka pintu putih yang tak terkunci itu, matanya mengintip sedikit keluar, khawatir kalau-kalau ada penjaga yang menjaga di pintu.

Tetapi rupanya Jeno beranggapan Renjun terlalu lemah sehingga tidak perlu menempatkan penjaga di pintu, Lorong itu kosong.

Dengan hati hati Renjun melangkah keluar. Suara gedoran-gedoran pintu kamar mandi dan teriakan Jisung masih terdengar ketika Renjun keluar, tetapi ketika Renjun menutup pintu putih besar itu, suara itu lenyap dan menjadi senyap.

Rupanya ruangan putih tempatnya dikurung itu kedap suara. Renjun melangkah lagi melewati lorong itu.Tidak ada pintu lain di lorong itu, arahnya langsung ke arah tangga spiral yang besar menuju ke pintu depan.

Dengan hati-hati, Renjun mengintip dari ujung tangga ke arah bawah. Kosong.

Kemanakah para penjaga yang dia lihat kemarin?

Pelan dan waspada, Renjun melangkah menuruni tangga. Dia sudah berhasil menyeberangi ruangan dan memegang handle pintu besar itu, ketika suara dingin yang mulai dikenalnya terdengar tepat di belakangnya.




"Kau pikir kau akan kemana?"

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang