38 || Berpisah

4.7K 403 17
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Kondisi Renjun membaik seiring berjalannya hari, bahkan pagi ini dia sudah diperbolehkan menyusui Logan
untuk pertama kalinya.

Renjun menerima bayi itu di pelukan lengannya degan takjub. Bayinya, bayi yang selama ini bertumbuh di perutnya dan dikandung olehnya. Sekarang ada di dunia nyata, dengan rambut tebal hitamnya dan mata hitam bening milik ayahnya, yang sekarang sedang penuh air mata.

Ya,Logan sedang menangis keras-keras sekarang.

"Dia lapar." perawat Ana terkekeh geli
dan membantu Renjun setengah duduk, Renjun membuka gaun pasiennya dan mendekatkan payudaranya. Secara otomatis Logan langsung mencari dan melahap puting itu, lalu menghisapnya dengan begitu rakus.

Renjun takjub, dia merasakan bahwa putranya berbagi makanan dengan dirinya melalui Asi.

"Dia sepertinya sangat lapar." ujar sebuah suara.

Renjun menoleh dan mendapati Jeno berdiri di ambangpintu. Hari ini jam sembilan pagi, Jeno sepertinya tidak pernah pulang dari rumah sakit. Buktinya dari raut wajahnya saja sudah terlihat bahwa dia kelelahan.

Jeno berjalan mendekat dan duduk
di tepi ranjang, matanya tak lepas
dari putranya yang sedang menyusu. Sungguh pemandangan yang luar biasa indahnya.

"Kau tampak lelah." Renjun menatap Jeno lembut.

Lelaki itu mengalihkan pandangan dari putranya ke mata Renjun, dan menatap Renjun dengan mata beningnya yang berwarna hitam, "Aku belum pulang, Jisung membawakanku baju ganti dan aku mandi serta bercukur di sini, di lantai atas aku punya kamar sendiri."

Benar, Renjun baru sadar bahwa ini rumah sakit yang sama tempatnya
dengan rumah sakit yang dulu dia dirawat setelah kecelakaan dan kemudian diculik oleh psikopat kejam itu.

"Yah ini rumah sakit yang sama."
Jeno tersenyum, "Tetapi kali ini
tidak ada lagi penjagaan di depan, aku sibuk mengurusmu sampai aku tidaksempat mencari musuh."

Renjun tersenyum mendengarnya, tepat ketika Logan melepaskan putingnya dan tertidur lelap dengan pipi yang  menempel di payudaranya.

Renjun memperbaiki posisi tidur Logan agar nyaman, dikuti dengan gerakan mata Jeno yang menatapnya. "Kau mungkin bisa pulang dan beristirahat Jeno."

Jeno mengangkat bahu, "Aku akan pulang untuk beberapa urusan, mungkin beberapa jam, lalu aku akan kembali lagi." dengan canggung Jeno
berdiri, sejenak menatap Renjun, lalu mengangguk dan melangkah pergi.

Seorang perawat masuk dan
berpapasan dengan Jeno di
pintu, dia bertugas mengambil Logan dan membawanya ke kamar bayi.

"Sungguh Anda adalah istri yang beruntung memiliki suami sebaik itu." perawat itu tersenyum menatap
punggung Jeno yang hilang di balik pintu. "Seorang Lee Jeno pula, Anda sungguh beruntung dicintai seperti itu."

Renjun mengernyit, lalu menyerahkan
Logan untuk digendong sang perawat
dengan hati-hati. 'Apakah maksud perawat itu dia beruntung karena memiliki suami seperti Lee Jeno?'

"Oh Anda tidak tahu ya?" Perawat itu meletakkan Logan dengan lembut di kereta kaca khusus bayi yang dibawanya, "Tuan Jeno sangat setia menunggui ketika Anda tak sadarkan diri hampir 2 hari lamanya. Dia selalu ada di sini tak pernah meninggalkan Anda. Kondisi Andansaat itu masih belum pasti, kadang Anda tersadar dan menceracau, lalu tak sadarkan diri lagi. Kadang kondisi Anda sangat drop sehingga kami harus menangani Anda secara intensif, danbTuan Jeno menuntut agar ada disini setiap detiknya untuk mendampingi Anda. Ketika kondisi Anda stabil, dia ada disebelah ranjang Anda, mengajak Anda berbicara dan menggenggam tangan Anda. Sepertinya semua penantiannya tidak sia-sia karena akhirnya Anda bangun dan membaik."

Perawat itu tersenyum memuji, "Sungguh suatu anugerah yang tak terkira bisa memiliki suami sebaik itu. "

Lalu dengan mendorong kereta bayi,
perawat itu pergi meninggalkan Renjun yang masih termenung di atas ranjang.

Benarkah Jeno-nya yang sombong, arogan, dan pemarah itu melakukan semua yang dikatakan oleh perawat itu?

Benarkah Jeno mencemaskannya sampai sedemikian rupa?

•••

Renjun dan Logan sudah diperboleh kan pulang ke rumah. Dan sekarang mereka dalam perjalan menuju pulang.

Selama perjalanan, Jeno hanya diam dan menatap ke jendela, seperti menjaga jarak dengan Renjun.

"Kau...sudah baikan?" Akhirnya
Jeno memecah keheningan, dia
menatap ringan pada Logan yang
tertidur di pelukan Renjun, "Dia sepertinya sangat sehat."

"Dia menyusu dengan sangat kuat."
Renjun tersenyum dan mengecup dahi Logan dengan sayang.

Semula Renjun merasa sedikit takut atas reaksi Jeno kepada Logan. Karena lelaki itu membenci Logan dengan alasannya ketika dia di dalam kandungan Renjun, apakah lelaki itu masih membenci Logan ketika dia sudah lahir ke dunia ini?

Tetapi sepertinya Jeno menyayangi
Logan, meski tidak ditunjukkannya
dengan kata-kata. Renjun sering
menangkap tatapan penuh kelembutan yang dilemparkan  Jeno kepada Logan.

Renjun tahu, seorang Lee Jeno mungkin tidak bisa lepasdalam menunjukkan  kepada anak kecil, tetapi Logan telah mencuri hati Jeno dan Renjun  mensyukuri itu.

Sayangnya akhirnya mereka sampai di rumah. Ketika masuk ke dalam kamar, Renjun dengan takjub melihat kamar bayi yang sudah disiapkan. Kamar itu terletak di kamar kecil yang memiliki pintu penghubung dengan kamar mereka sehingga Renjun bisa dengan mudah mendatangi Logan ketika putra mereka membutuhkannya.

Dengan lembut, Renjun meletakkan
Logan yang tertidur pulas di boks bayi
barunya. Bayi itu sangat pandai, tidak
rewel, dan mudah menyesuaikan diri
dengan perubahan suasana di tempat
barunya.

Jeno berdiri di ambang pintu
penghubung dan mengamati Renjun,
kemudian membalikkan badannya
hendak pergi, "Jeno."

Lelaki itu langsung menghentikan
langkahnya dan menatap Renjun, "Ada apa?"

"Apakah setelah sekarang kita
mempunyai putra, kau masih menganggapku sebagai pengganti
Injun?"

Ya, Renjun harus bertanya. Dia sudah
tak tahan lagi memendamnya.

Sekarang mereka sudah mempunyai seorang putra dan Renjun tidak mampu hidup kalau selalu dalam ketidak pastian.  Anaknya harus tumbuh di keluarga yang
saling mencintai, dan ketika Jeno
tidak bisa memberikannya, maka Renjun akan pergi.

"Apa?!" Jeno menatap tajam
Renjun, dan itu seharusnya sudah bisa
menjadi tanda peringatan buat Renjun.

Tetapi dia tidak mau mundur, dan dia tidak bisa."Kau selama ini selalu menganggapku sebagai pengganti Injun. Sekarang kita mempunyai Logan, aku hanya ingin menunjukkan sikapku. Aku tak mau menjadi pengganti seseorang,. jadi mungkin aku akan pergi bersama Logan."

Wajah Jeno mengeras. "Kau pikir
apa yang sedang kau katakan?"

"Aku sudah mempelajari surat perjanjian itu, dalam surat itu dikatakan bahwa aku harus menikahimu di usiakuyang ke 25 tahun, tidak dituliskan klausul
apabila kita berpisah. Saat ini...aku ingin berpisah."

'Kau bilang waktu itu kau mencintaiku!'

Ingin sekali Jeno meneriakkan
kata-kata itu di depan Renjun.

Jeno begitu marah hingga jemarinya mengepal kuat, "Berani-beraninya kau mengajukan perpisahan kepadaku? Tak pernah ada seorangpun yang bisa meninggalkanku!"

.

.

#to be continue

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now