10 || Gaun dan Pesta

4K 421 15
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Sudah hampir dua minggu Renjun
dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali.

Hari-hari Renjun dilalui hanya dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Jeno. Renjun sudah merasa begitu muak dan frustrasi karena bosan.

Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Jeno tidak pernah mengunjungi Renjun lagi.

Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya. Renjun mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya.

Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Jeno tidak melepaskannya? Apakah karena lelaki itu tahu bahwa Renjun berniat membunuhnya, jadi dia menawan Renjun di sini karena menganggap Renjun merupakan ancaman yang berbahaya?

Kalau begitu kenapa Jeno tidak membunuhnya sekalian?

Beberapa lama terpaku di jendela, Renjun menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar masuk rumah Jeno yang biasanya lengang.

Sehari-hari pemandangan yang
didapat Renjun hanyalah pemandangan bodyguard-bodyguard Jeno dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah. Kali ini Renjun melihat ada mobil bunga
dan mobil catering.

Apakah Jeno akan mengadakan pesta?

Kalau iya, mungkin saja kesempatan Renjun untuk melarikan diri bisa muncul kembali.

Sedang larut dalam lamunannya,
tiba-tiba pintu kamar putih terbuka. Renjun bahkan tidak menoleh kan
kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Jisung yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan dan membawakan pakaian ganti untuknya--tentu saja dibawah
pengawasan Jisung.

Renjun tidak pernah berinteraksi dengan Jisung lagi setelah kejadian
waktu itu, dan sepertinya lelaki itu
juga tidak berniat untuk mengajaknya
berbicara. Lagipula rasa bersalah yang ditanggung Renjun terlalu besar.

Karena dialah Jisung dihajar oleh Jeno, bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar di wajah Jisung dan hidungnya yang patah.

Setiap melihat Jisung, Renjun disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa.

Jeno mengancam akan
membunuh siapapun yang lengah
dan membiarkan Renjun lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri?

Renjun memang tidak kenal dengan
Jisung, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya..

"Rena..." Itu suara Jeno.

Renjun terlonjak saking kagetnya. Dia
menolehkan kepalanya dan mendekati Jeno yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Renjun yang sedang melamun sambil menatap ke luar jendela.

Otomatis Renjun mengepalkan
tangannya, reaksi impulsifnya ketika
menyadari aura Jeno yang
berkuasa memenuhi ruangan.

Jeno melirik tangan Renjun yang
terkepal, dan senyum sinis muncul
di bibirnya. Lelaki itu menolehkan
kepalanya ke belakang dan Renjun baru menyadari ada orang lain di belakang Jeno, seorang laki-laki berbadan kecil dan sedikit gemulai.

"Ini Daehwi." gumam Jeno tenang,
"Dia akan mempersiapkanmu untuk nanti malam."

Setelah berkata begitu, Jeno melangkah mundur, membalikkan tubuhnya dan meninggalkan kamar itu.

Mempersiapkannya untuk apa?

•••

"Kau sebenarnya cantik sekali nona,hanya saja kau tidak pandai berdandan."

Daehwi bergumam dengan suara gemulainya, sambil memoles wajah Renjun yang masih memejamkan matanya di depan cermin.

Sementara Renjun diam tanpa berniat menjawab ucapannya. Kalau Jeno menyuruhnya di dandani, maka dia pasti akan diperbolehkan untuk turun ke pesta yang di adakan Jeno, hal itu berarti ada kesempatan baginya untuk melarikan diri dari rumah ini.

"Nah, sudah selesai, coba buka matamu." gumam Daehwi.

Ada nada puas dalam suaranya, Renjun membuka matanya pelan-pelan karena bulu mata palsu terasa memberati matanya. Dan dia terpana menatap sosok yang balas menatapnya di depan cermin itu.

Yang menatapnya bukanlah Renjun, si perempuan yang seumur hidupnya sangat jarang berdandan. Melainkan yang ada di depannya adalah perempuan yang sangat cantik, luar biasa cantiknya dengan riasan yang tidak terlalu tebal tapi sangat pas disemua isi.

Daehwi memang perias yang sangat berbakat, dan sangat terkenal tentunya dengan tarif sekali riasnya yang amat sangat mahal.

Renjun sering sekali mendengar nama perias ini di media sebelumnya, tapi tidak pernah berfikir bahwa dia akan merasakan tangan dingin sang perias berbakat ini.

Renjun menatap cermin. Matanya tampak begitu lebar, kuat sekaligus rapuh dengan polesan warna cokelat keemasan, Daehwi sedemikian rupa menonjolkan struktur tulang pipinya yang tinggi sehingga tampak menarik dan aristrokat.

Dan bibirnya dipoles dengan lipstik warna peach dengan nuansa yang membuat bibirnya seolah-olah selalu basah.

Renjun menyentuh pipinya ragu, dan gadis dalam cermin depannya juga
menyentuh pipinya. Mata Renjun terpaku, masih terpana akan bayangan di depannya.

Daehwi berdecak kagum melihat hasil karyanya sendi, kemudian bergumam, mengalihkan perhatian Renjun, "Kau paling berbeda dari kekasih-kekasih Tuan Jeno sebelumnya." Daehwi meringis, "Bukan berarti kau kurang cantik, tapi kau kurang glamour, kurang mempesona. Kekasih-kekasih Tuan Jeno sebelumnya selalu cantik luar biasa, bagaikan dewi."

Renjun mendengus Sinis, apakah Jeno juga menyuruh perias ini untuk mendandani kekasih-kekasihnya?

Daehwi sibuk merapikan peralatannya di belakang Renjun sambil terus bergumam, "Tapi kau istimewa, harusnya kau bersyukur, Tuan Jeno tidak pernah menyuruhku mendandani kekasih-kekasihnya yang lain." gumaman Daehwi seakan menjawab pertanyaan Renjun sebelumnya.

"Dan yang paling sensasional adalah gaun ini, Tuan Jeno menyuruhku memesannya langsung dari perancangnya di Paris, pesanan khusus karena diselesaikan hanya dalam waktu 1 minggu, gaun ini khusus dibuat untukmu, tiada duanya di dunia ini." Daehwi berseru kecil dengan feminim, tampak terpesona dengan sesuatu di tangannya.

"Kau harusnya bersyukur karena Tuan Jeno memperlakukanmu dengan istimewa."

Renjun menoleh, ingin tahu apa yang begitu menarik perhatian Daehwi, dan sekali lagi dia terpesona.

Di tangan Daehwi, tergantung baju yang sangat elegan, sebuan gaun yang luar biasa indannya. Gaun itu dibuat dari bahan sutera hijau berkilau dengan kristal kecil menyebar di sepanjang gaun, memberikan efek kilauan yang menakjubkan.

Kaki gaun itu melebar ke samping dan menjuntai dengan indahnya. Gaun itu adalah gaun terindah yang pernah dilihat oleh Renjun, dan gaun itu untuknya?

"Pakailah gaun ini, kau harus siap dalam setengah jam, Tuan Jeno ingin melihatmu sebelum ke pesta." gumam Daehwi, lalu melemparkan gaun hijau itu ke ranjang dan melangkah keluar dari kamar.

Kata-kata terakhir Daehwi sebelum pergi itu menyadarkan Renjun dari
keterpesonaannya akan keindahan gaun itu.

Jeno telah memperlakukannya
sama seperti kekasih-kekasihnya,
yang bisa diperintah sesuka hati seperti boneka.

Kali ini dia tidak akan membuat Jeno puas. Renjun bukan kekasih Jeno dan dia bukan boneka yang bisa diatur-atur sesukanya, Jeno harus menyadari itu.

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now