25 || Karena Kau

3K 386 18
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Setelah puas menikmati hujan, Renjun masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam.

Dia sengaja tidak menemui Jeno, lagipula sepertinya lelaki itu tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Renjun tidak yakin kalau Jeno akan menunggunya. Karena lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.

"Kenapa kau tidak menemuiku diruang kerjaku?" suara di kegelapan itu mengagetkan Renjun. Dia menajamkan matanya dan melihat Jeno duduk disana, di keremangan kamarnya.

"Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?" Renjun berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Jeno, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan kalau berada di antara cahaya yang remang-remang.

Renjun berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Jeno. Lelaki itu duduk di sofanya dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman.

Renjun melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, dan sepertinya sudah dituang Jeno selama menunggunya.

'Apakah lelaki itu mabuk?'

Jantung Renjun mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Jeno sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.

"Apa yang kau lakukan disini Jeno?"

Jeno mendengus dan menatap Renjun dengan tajam, "Kau pikir apa?Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku."

Renjun mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana. Agar ketika Jeno bertindak di luar batas, dia bisa segera melarikan diri.

Jeno tersenyum melihat tingkah Renjun, "Kau seperti kelinci ketakutan lagi Rena, apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat diminumanmu, atau melemparmu dari balkon lagi?"

Jeno menyeringai, lalu meletakkan gelasnya dan berdiri, semakin lama semakin mendekati Renjun.

"Apakah kau mabuk Jeno?" Renjun melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Renjun ingin melarikan diri dari Jeno. Dia pasti bisa melakukannya.

"Lee Jeno tidak pernah mabuk." Jeno melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap-endap mengincar mangsanya. "Dan kau...seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Rena."

Renjun tahu di situlah titiknya, titik dimana Jeno kehilangan kesabarannya. Karena itulah Renjun langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Jeno sudah ada di
belakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.

Jeno mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Renjun bisa merasakan kejantanan Jeno yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Jeno Sudah menahannya di semua sisi.

Apakah dia akan dipaksa lagi?

"Aku tidak pernah bercinta sambil berdiri." Jeno berbisik di telinganya dengan bisikan panas yang membuat sekujur tubuh Renjun menggelenyar, "Dan kau membuatku ingin melakukannya."

Renjun terkesiap, mencoba meronta sekuat tenaga. Tetapi percuma karena Jeno begitu kuat.

"Apakah kau akan memaksaku lagi, LeeJeno?!" Renjun berteriak di tengah usahanya membebaskan diri, "Kalau iya, maka kau sudah membuktikan kepadaku, kalau kau memang lelaki bajingan yang hanya bisa mendapatkan wanita dari pemerkosaan."

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now