17.

1.5K 172 2
                                    


"Terimakasih, Mbak." Ucap Wonwoo setelah pelayan membawa semua makanan pesanan gua dan Wonwoo tadi.

Wonwoo dan gua saling pandang setelah diam-diaman selama menunggu pesanan datang. Jujur aja sekarang mood gua lagi nggak bagus dan nggak berniat untuk memulai pembicaraan lebih dulu.

Gua tau kalo gua yang salah di sini, tapi gengsi gua itu yang nggak bisa gua lawan. Begitu juga Wonwoo, gua tau dia juga gengsi buat mulai pembicaraan lebih dulu.

"Bon appetit." Ucapnya sebelum melahap makanannya lebih dulu.

Gua pun ikut melahap makanan milik gua dan menolak untuk menatap matanya. Lebih baik gua fokus sama makanan gua karna situasinya sedikit nggak enak sekarang.

"You look gorgeous tonight." Katanya dengan santai sambil melahap makanannya.

Jujur aja sekarang gua udah tersipu malu mendengar pujian dari seorang Jeon Wonwoo yang notabenenya jarang memberi pujian ke semua orang termasuk gua.

"Thanks." Kata gua dengan nada sok cuek karna di sini posisinya gua masih bete.

Walaupun sebenernya gua udah kegirangan karna dipuji Wonwoo barusan. Tapi, kayaknya gua masih mementingkan harga diri gua.

"Don't be mad." Kata Wonwoo.

Kepala gua mendongak dan menatap Wonwoo yang tersenyum simpul ke arah gua. Saat itu juga gua langsung tersenyum kembali ke arahnya.

Dalam hati gua udah merutuki diri gua yang mudah banget luluh sama Wonwoo malam ini. Tapi, lebih baik kayak begini daripada harus diam-diaman selama makan malam kali ini. Tujuan makan malam kali ini kan biar gua sama Wonwoo bisa ngobrol santai dan bukan malah diam-diaman.

"Yang penting jangan diulangin lagi. Udah." Kata Wonwoo, gua menganggukkan kepala gua.

Sekarang rasanya udah lebih lega karna mood gua kembali lagi dengan mudahnya. Cuma dengan senyuman Wonwoo, gua udah lupa caranya marah sama dia. Dasar aneh.

"Udah sewa gedung juga buat acara reopeningnya nanti?" Tanya Wonwoo.

"Tadi sih udah dipesen sama Eunbi." Jawab gua.

Gua masih sedikit nggak percaya kalo selangkah lagi butik gua bakal dibuka lagi. Waktu itu gua bener-bener putus asa ngeliat butik gua yang lenyap dilahap si jago merah. Untungnya orang-orang di sekitar gua selalu ngasih gua semangat.

"Makasih ya udah support terus. Walaupun suka bawel banget." Kata gua disertai kekehan gua.

"Ya, bawel-bawel gini juga kan buat kebaikan kita semua. Buat calon anak kita." Kata Wonwoo sambil tersenyum.

Gua menjeda kegiatan gua sejenak dan meraba perut gua yang mulai membesar, walaupun belom terlalu keliatan.

"Cewek apa cowok ya, Nu?" Tanya gua sambil melanjutkan makan gua.

"Apa aja yang dikasih Tuhan." Jawab Wonwoo.

Sejujurnya gua pengen punya anak cowok setelah punya anak cewek. Tapi, Wonwoo tipe orang yang nggak pernah pusing sama gender anak kita.

"Kalo ada waktu, kita belanja-belanja baju buat anak kita yuk." Kata gua.

"Masih lama, Lane. Lagian kan kita masih belom tau dia cewek apa cowok. Kalo udah ketauan gendernya baru kita belanja bertiga sama Evie." Kata Wonwoo.

Gua tiba-tiba teringat soal box bayinya dan bouncer milik Evie yang udah rusak dari 3 bulan yang lalu. Gua rasa lebih baik dibeli sekarang deh karna gua juga sebenernya udah nggak sabar.

"Bouncer sama boxnya Evie udah rusak tau, sayang. Kayaknya mesti beli lagi deh." Kata gua pelan.

"Yaudah tenang aja. Kalo ada waktu, kita cari bareng, ya." Kata Wonwoo, gua tersenyum lalu menganggukkan kepala gua.

✔️Marriage // Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang