Bonchap 2.

3.6K 240 26
                                    


10 tahun kemudian...


"Ma! Ma! Tolong angkat telfon dia dong. Ih geli banget, Ma. Bilang aja Evie lagi abis dijemput pacar Evie, terus hp Evie ketinggalan."

Gua mengambil ponsel Evie buat memenuhi permintaannya. Gua sama sekali nggak kaget sama Evie yang kayak begini. Ini bukan pertama kalinya, tapi Evie udah sering kayak begini.

Mungkin karna gua yang cantik dan Wonwoo yang ganteng, Evie juga jadi punya paras yang cantik. Dia sering dideketin sama banyak laki-laki, tapi dia nolak semua cowok itu mentah-mentah.

Soal pacar, Evie nggak punya pacar. Gua udah keseringan bohongin anak orang karna disuruh sama Evie. Tapi, ya gua ikutin aja keinginan Evie itu.



"Halo?"

"Ev- Eh? Oh halo, Tante."

"Ya?"

"Tante, maaf ganggu malem-malem. Aku mau nanya, Evie ada di rumah nggak, ya?"

"Barusan Evie dijemput sama pacarnya."

"Oohh, gitu ya, Tan. Yaudah deh, Tante. Makasih banyak, ya."

"Iya, sama-sama."


Tut tut tut




Gua mengembalikan ponsel Evie kepada pemiliknya dan gua bisa liat Evie yang udah bernafas dengan lega. Dia menyenderkan kepalanya di bahu gua sambil memainkan ponselnya.

"Dari sekian banyak cowok, nggak ada yang nyangkut sama kamu gitu?" Tanya gua.

"Aduh, Ma. Nggak ada sama sekali." Kata Evie.

Pandangan gua teralih sama Hazel, anak kedua gua sama Wonwoo yang sedang menggambar di depan gua.

Setelah Evie berumur sembilan tahun, gua akhirnya melahirkan anak kedua gua yang bernama Hazel. Sekarang umurnya enam tahun dan baru aja masuk sekolah dasar.

"Dulu pas seumuran kamu, mama udah pacaran." Kata gua.

"Emang mantan mama siapa? Masih kontak-kontakan nggak? Terakhir ketemu kapan?" Tanya Evie.

"Ih, kalo mama masih sering ketemu sama mantan mama, Evie kasih tau ke papa. Pokoknya Evie bakalan ngadu ke papa."

Gua tertawa melihat polosnya anak gua. Dia nggak tau aja mantan gua itu adalah om kesayangan dia, ya walaupun sebenernya gua sama Jaehyun nggak ada hubungan darah.

"Masih sering." Kata gua.

Evie terlihat kaget lalu dia menggelengkan kepalanya, sedangkan gua masih duduk santai sambil mengawasi Hazel yang sibuk menggambar. Hazel sama Evie sama-sama gua menggambar.

Gua berdiri dan meninggalkan Evie sama Hazel di ruang tengah karna sedikit lagi Wonwoo bakalan pulang kerja.

"Haze!" Panggil Evie, Hazel hanya berdehem dan sama sekali nggak menengok Evie.

"What are you drawing?" Tanya Evie.

"Keluarga."

Berbeda dengan Evie, Hazel lebih terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia. Ya, seenggaknya dia mengimbangi kemampuan Bahasa Inggris mamanya. Kemampuan bahasa gua nggak sepandai Wonwoo.

"Loh? It should be mama, me, and papa." Kata Evie.

"You're not part of our family." Lanjut Evie.

Dari dapur gua bisa melihat mata Hazel yang udah berkaca-kaca dan Evie yang keliatan asik menjaili adiknya itu.

Dulu gua juga sering nangis karna Kak Jeonghan selalu bilang kalo gua anak pungut. Apalagi kalo gua nggak mau nurutin kata-kata dia, pasti dia bakal bilang kalo gua mau dibalikin ke keluarga asli gua.

✔️Marriage // Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang