10.

1.9K 201 8
                                    



04.21 AM


Gua membolak-balikan tubuh gua berkali-kali di atas kasur. Gua pikir malam ini gua bisa tidur lebih cepet dari biasanya karna gua udah tenang setelah melihat butik gua.

Gua pun mengambil ponsel gua dan melihat pesan-pesan yang masuk. Sampai akhirnya jari gua terhenti saat melihat roomchat gua dan mama.

Tanpa disadari, setetes air mata jatuh ke pipi gua saat membaca roomchat gua sama mama. Beruntung banget punya mama yang bisa diajak becanda kayak anak remaja.

Gua rindu mama.

Gua berdiri dan meninggalkan kamar menuju dapur untuk mencari cemilan. Gua mengambil satu toples berisi cookies dari dalam pantry dan duduk di counter sambil memakan cookies tersebut.


"Yah kuenya sisa satu, Ma!"

"Yaudah kamu sama Mama suit aja. Yang menang dapet kue terakhirnya."

"YAH! Laney kalah!"

"Yaudah ambil aja kuenya. Mama kenyang."


Seakan-akan gua melihat mama duduk di samping gua dan seperti gua mendengar suara tawa mama di samping gua.

Air mata gua kembali jatuh mengingat tawa mama yang begitu cantik. Rasa rindu yang ini nggak bisa disembuhin.

"Mama udah tenang ya di sana." Monolog gua.

Gua berharap dikasih umur panjang sama Tuhan supaya gua bisa liat Evie dan adik-adiknya sukses dan bahagia di sini.

Gua melirik jam dan ternyata sekarang udah jam 04.49. Hampir setengah jam setelah gua keluar dari kamar gua. Gua pun memutuskan untuk kembali ke kamar lagi dan berusaha untuk tidur.

Langkah gua terhenti saat melihat satu ruangan di rumah Nancy yang lampunya masih dinyalakan lewat jendela gua. Gua yakin banget ruangan itu adalah salah satu kamar di rumahnya.

Gua nggak memperdulikan hal itu dan kembali ke atas kasur gua. Sebelum kembali tidur, gua mengecek ponsel gua terlebih dahulu. Nggak ada notifikasi penting masuk di ponsel gua. Lagipula notifikasi penting apa yang bakal masuk ke ponsel jam segini.

Drrt drrt

"Eungh... siapa itu, Lane?" Tanya Wonwoo dengan mata tertutup. Dia keliatan terganggu saat ada panggilan masuk dari ponsel gua.

Gua menolak panggilan tersebut tanpa melihat siapa yang menelpon gua tadi. Lalu, gua menyelimuti tubuh gua dan Wonwoo memeluk tubuh gua.

Drrt drrt

Wonwoo membuka matanya, "Siapa sih yang nelfon jam segini? Orang-orang kan masih pada tidur jam segini." Protes Wonwoo.

"Bentar, ya. Aku liat dulu." Kata gua.

Gua pun mengambil ponsel gua di atas meja nakas dan melihat nama Eunbi yang ada di layar ponsel gua. Ada apa dia nelfon gua pagi-pagi buta kayak begini?


"Halo?"

"Del! Butik kita anjir!"

"Kenapa?"

"Kebakaran!"


Dada gua mencelos sampai ponsel gua lepas dari genggaman tangan gua saking lemasnya setelah mendapat kabar buruk dari Eunbi pagi ini.

Butik yang gua sama Eunbi bangun susah payah lenyap begitu aja dalam satu malam. Bahkan pikiran gua belom sepenuhnya tenang, tapi gua udah kena musibah lainnya.

"Lane? Kenapa?"

Gua nggak menanggapi Wonwoo yang bangun dari tidurnya dan kebingungan melihat gua yang mulai menangis. Dia langsung duduk di samping gua dan memeluk gua dengan erat.

✔️Marriage // Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang