Gejala demam

11.3K 2.9K 504
                                    

Ajeng tertunduk lesu, ia baru saja diomeli karena tugasnya tidak sesuasi apa yang sang dosen inginkan.

Ya mau bagaimana lagi? Kemampuan Ajeng cuma sampai di situ!

Siapa yang bilang sih masuk arsiktektur cukup pinter matematika sama fisika doang?

Salah! Salah! Ajeng cukup jago dua mata pelajara itu saat SMA tapi begitu masuk arsitektur, bukan itulah yang jurusannya inginkan, ia dituntut kritis dan peka, jago presentasi dan gambar sambil merem.

Ah yang terakhir itu dilebih-lebihkan sih.

"Bakso gak?" Ajak Nada rekan sekelas sekaligus sahabat dekatnya.

"Kenyang gue diomelin dosen." Jawab Ajeng.

"Jadi elo revisi?"

"Hm, gue pengen minta tolong lo buat bantu tapi elo pasti ngehindar. Gue mah tau elo kadang kayak bangsat."

Nada menyengir lebar, gimana mau bantuin Ajeng kalau tugasnyapun keteteran? Kadang-kadang meskipun berteman kita harus egois demi kebaikan.

"Je, minta bantuin Rendy aja lagi, kata lo dia mau bantu kalau ga sibuk?"

Ajeng menghela nafas berat, benar sih Rendy bilang begitu tapi tiap Ajeng minta bantuan pemuda itu akan singkat membalasanya,

"Lain kali, gue sibuk. Dah." Begitu.

"Ah dia mah sibuk mulu! Mana gue pengen ikut makrab fakutas Teknik di Malino, ngeliat maba-maba gemes, Senior-senior ganteng haha. Lo ikutan ga Nad? Kali aja anak Teknik mesin yang lo taksir dateng?" Goda Ajeng menyenggol-nyenggol Nada dengan sikunya.

"Kalau tugas gue kelar sebelum weekend, gue berangkat! Kita nebeng mobil Taro." Putus Nada.

"Taro ikut?" Ajeng berbinar.

"Ikut dia!" Nada mengangguk girang. Keduanya menyukai pribadi Tanu Roby Marselinus yang biasa mereka singkat Taro, pria itu manis, ramah, bisa imut, bisa ganteng, pinter dan yang pasti tidak pernah menolak permintaan Nada dan Ajeng teman dekatnya.

 Keduanya menyukai pribadi Tanu Roby Marselinus yang biasa mereka singkat Taro, pria itu manis, ramah, bisa imut, bisa ganteng, pinter dan yang pasti tidak pernah menolak permintaan Nada dan Ajeng teman dekatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sip-lah! Pokoknya tugas gue harus acc kalau enggak," Ajeng melengkungkan bibirnya. "Alemong sayyy ga bisa ikut makrab tahun ini."

"Jangan dong, ikut dong Je." Nada memelas.

"Nad, cuma Regal harapan terakhir gue."

Ajeng mengambil ponsel dari sakunya dengan Gerakan berlebihan bak seorang kesatria yang mencabut pedangnya.

"Elo bedoa ya Nad."

Ajeng menekan tombol panggil, gadis itu ragu Rendy akan mengangkat teleponnya, namun baru 3 kali bunyi nada sambung suara parau Rendy terdengar.

"Halo?"

"Ren? Elo dimana? Baik-baik ajakan? Suara lo-"

"Rumah, demam gue. Kenapa lo? Tugas?"

LOVECHITECTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang