Epilog

14.7K 1.6K 724
                                        

Bisik-bisik didengar Rendy dari beberapa mahasiswa di koridor saat baru keluar studio, sebenarnya mereka tidak pernah diajar Rendy sekalipun namun mereka semua seolah tahu segalanya tentang dosen muda yang sedang hot-hotnya itu.

Bagaimana tidak jadi trending di jurusan Arsi kalau semua mahasiswa yang diajarinya terkenal dengan tingkat stress yang tinggi karena mata kuliah studio perancangan yang susah luar biasa itu dipegang Mas, Bang, Kak, Bapak Rendy Saputra Dharma.

"Katanya pak Rendy alumni sini dan terkenal dengan julukan born to be architec, dia selama kuliah studio perancangannya gak pernah revisi." Ucap salah seorang mahasiswa yang rasanya Rendy ingin balas.

Pertama-tama Rendy manusia biasa, ia juga pernah stress di jurusan Arsi, studio perancangannya tentu juga pernah revisi bertumpuk-tumpuk dan Hey tidak ada orang yang begitu dilahirkan langsung ditakdirkan jadi arsitek!

"Eh katanya pas ngambil S2 dapet beasiswa terus dia sekalian kerja di kantor gede dan pas ngerjain proyek akhir, dia juga lulus sertifikasi keahlian Arsitek di umurnya yang masih 25. Kebayang gak lo isi kepalanya kayak gimana?"

Teman-teman si mahasiswa yang mendengarnya menganga tidak menduga.

"Kasian tetangga pak Rendy, pasti selalu dibandingin sama dia."

Rendy ingin marah, sebal tapi kemudian ingin tertawa, meski banyak dari cerita itu yang benar tapi apa yang dilaluinya tidak segampang yang mereka ceritakan.

Hey, kuliah S2 dan harus memenuhi syarat 6 proyek perancangan dengan tata olah lengkap sebagai syarat sertifikasi keahlian juga membuatnya menderita! Tapi sebesar apapun penderitaan di arsi, Rendy bisa melaluinya karena punya tujuan hidup dan mimpi.

"Kenapa dia gak jadi full time arsitek aja? Kenapa harus ngajar? Dan kalaupun ngajar kenapa dia harus ngajar studio perancangan mamah?!!!! Hueee!"

Rendy menghentikan langkahnya lalu berjalan mundur dan berhenti di tengah tiga mahasiswa itu dan berdecih malas.

"Karena passion saya ngajar, tapi saya juga arsitek yang punya beberapa proyek walaupun itu cuma pekerjaan sampingan. Kenapa saya ngajar studio perancangan? Ya karena saya yang terbaik di mata kuliah itu. Paham sampai di sini?"

"Pa...pak Rendy?" Gagap ketiga.

Rendy dengan tampang meledeknya membalas...

"I...iya, saya Rendy."

Benar-benar defenisi kena mental ini mah.

***

Rendy menyetir pulang, ia baru beberapa bulan mengajar dan pindah ke Makassar. Ada banyak hal yang berubah dari kotanya itu, terutama banyaknya bangunan baru baik itu untuk kantor dan tempat tinggal.

Karena sudah lama tidak melihat-lihat Rendy memutuskan berkeliling sebentar, menikmati siang menjelang sore sambil mencari inspirasi.

Deg!

Satu bangunan apartemen yang dilewatinya menyita perhatian, entah mengapa bangunan itu tiba-tiba membuat dadanya diserang sakit yang menyesakkan.

Rendy memutuskan berhenti, keluar dari mobil dan menatap bangunan yang hampir jadi itu lamat-lamat.

"Permisi Mas ada yang bisa saya bantu?"

Rendy tidak menjawab melainkan tetap terpaku pada tempatnya.

"Ah, ini bangunan apartemen terbaru yang—"

"Boleh saya lihat-lihat?" Potong Rendy yang tentu diangguki oleh seorang petugas yang membawanya ke kantor bagian pemasaran gedung itu.

LOVECHITECWhere stories live. Discover now