Kita teman

10.3K 2.7K 284
                                    

Mengabdi kepada studio, itulah yang dilakukan mahasiswa Teknik arsitektur bahkan mendekati weekend,

saat jurusan Teknik yang lain sudah berangkat ke lokasi makrab fakultas di Malino kabupaten Gowa, Ajeng masih terkantuk-kantuk keluar dari studio, gadis itu memilih meluruskan badan sejenak.

Bukan hanya Ajeng bahkan beberapa mahasiswa lain sudah terkapar memanfaatkan Lorong di samping laboratorium,

kampus memang memberi excuse kepada jurusan arsitektur untuk menginap di kampus, jadi wajar saja jika beberapa sudut fakultas Teknik seolah jadi kos-kosan dadakan anak arsi.

"Ya ampun, gue baru tidur 15 menit huhu Tuhan." Ajeng hampir menangis saat seseorang mencolek lengannya.

"Jangan ganggu, please lima menit lagi ya?" Ucapnya tanpa membuka mata.

"Ck." Rendy berdecih sebal.

Biasanya pemuda itu akan cuek melewati kaum sleepless elite begitu mahasiswa arsi kurang tidur dijuluki, tapi masalahnya baju Ajeng bahkan sudah hampir tergulung hingga perut.

"Kalau diliat cowok gimana Jeng? Ck." Rendy melepas kemeja luarnya, melemparnya ke tubuh Ajeng hingga menutupi perut hingga pahanya lalu pergi.

Rendy berlalu, perlahan Ajeng membuka satu matanya lalu mencolek Nada yang berbaring di sampingnya, gadis itu menaikkan jempol sebagai tanda misi Ajeng sukses.

"Dipakein beneran? Kok bisa sih? Lo pake pelet apa sama Rendy?" Bisik Nada penasaran.

"Perhatian, kasih sayang dan kecantikan Nad." Kepala Ajeng jadi sasaran toyoran Nada karena jawabannya.

"Hmmm ahh~ bau Rendy." Ajeng mencium kemeja navi yang beraroma pewangi pakaian lembut itu.

"Akhirnya kelar juga, uh let me get some sleep too," Pemuda itu menyela di tengah Ajeng dan Nada tanpa canggung hingga membuat mereka berdua mengeluar keluhan dari mulutnya.

"Taroooo! Lu berat monyet, sana ah!"

"Aduh! Aduh! Lengan gue!"

Taro tidak peduli, ia merasakan kenikmatan begitu badannya di luruskan meski beralaskan lantai meski pada akhirnya mereka malah terlibat pertengkaran kecil antar teman ketimbang tidur.

"Eh makrab besok jadikan? Kalian dijemput jam berapa?" Pertanyaan Taro membuat Nada menghela nafas berat.

"Skip, nyokap dateng besok. Huhuhu!"

"Ajeng?"

"Gue gak bareng lo, sama temen."

"Pfffthhh." Nada menahan tawanya.

"Punya lo temen selain gue sama Nada? Ada gitu seteknik arsi mau punya temen se-oon Jessica Ajeng? Sekelas kita aja ga ada yang mau sekelompok sama dia Nad? Ajeng lagi gak halukan?"

Ajeng memukuli pelan Taro di sampingnya. Meski yang dibilang Taro itu fakta sih.

Ajeng jadi orang yang paling dihindari kalau ada proyek kelompok bersama, ya karena itu tadi... OON.

"Ada jir! Kelas sebelah, pujaan para dosen, mendapat julukan Born to be arsitek, nilai semester satu dan duanya sempurna tanpa C. Lo cium deh,"

Ajeng mendorong kemeja Rendy ke hidung Taro. "Hmmm ah~ Bau kejeniusan, ketampanan, dan kewibawaan."

"Bentar, dari ciri-cirinya cuma ada satu manusia kayak gitu di arsi tapi gak mungkin dia mau temenan sama orang kayak elo Je,"

Taro melirik Nada meminta konfirmasi, sahabatnya itu hanya mengangguk seolah tahu siapa yang ada di kepala Taro sekarang.

"HAH? Rendy Saputra Dharma? Rendy? Yang gak pernah senyum itukan?" Awalnya Taro hampir berteriak namun semakin lama suaranya makin mengecil seperti berbisik.

LOVECHITECTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang