Tak sama lagi

9.3K 2.5K 270
                                    

Rendy telah memijat pelipisnya berulang kali, telinganya sudah lelah mendengarkan tertawaan Haikal dan Nareshta yang tak kunjung henti.

Bagaimana tidak tertawa? Rendy yang notabene diklaim paling pintar satu dream house ditipu resepsionis penginapan! Yang katanya jalanan ke tempat acara makrab masih jauh, susah ditembus, jalannya licin dan sebagainya bohong!

Lokasi makrabnya cuma 300 meter di belakang penginapan tempatnya menginap.

Kampret memang!

"Haha terus elo bayar kamarnya berapa?"

"250 ribu." Jawab Rendy ogah-ogahan.

"Buset 500 ribu dong dua kamar," Haikal dan hitung-hitungannya.

"Aturan elo ambil satu kamar aja berdua, biar hemat." Ocehnya tanpa tahu Rendy dan Ajeng memang sekamar semalam. Keduanya saling menatap dan berdehem canggung.

Pagi ini scene yang biasa Ajeng lihat di drama terjadi di kehidupan nyatanya. Terbangun di pelukan teman pria, tersenyum, lalu membulatkan mata menyadari keadaan dan berteriak....

"AAAAA LO NGAPAIN DI SEBELAH GUE?"

"Nyangkul! Ya kali nyangkul. Bangun, iler lo tuh kemana-mana! Heran jadi cewek tidur gak ada anggun-anggunnya lo Jeng."

Omelan Regal mengawali paginya.

Tawa Haikal dan Nareshta mulai mereda, mereka mengajak dua makhluk kelaparan itu sarapan.

Sebenarnya Makrab fakultas Teknik belum penutupan tapi Rendy terlanjur jengkel dan tidak mau menginjakkan kakinya ke lokasi makrab itu, ya Ajeng mah ngikut aja sebagai rasa bersalah telah merepotkan Rendy.

"Mie ayam 4 mas." Pesan Rendy sementara teman-temannya telah mengambil tempat duduk.

Haikal mengajak Ajeng bercanda berkata bahwa gadis itu pasti sudah direpotkan banyak oleh Rendy,

sementara Nareshta mengurus gadis itu dengan baik, me-lap sendok garpu sebelum digunakan Ajeng, membukakan tutup botol, hal-hal kecil yang membuat Ajeng terlihat Bahagia.

"Yah ada sawinya." Ajeng yang tadi tak sabar menunggu makanan mendesah kecewa.

"Lo ga makan sayur? Kenapa ga bilang pas gue pesen?" Cecar Rendy di sebelahnya.

"Ga enak tau, gak suka."

"Ck, makan. Sayur tuh bagus buat mata, buat kulit, buat pencernaan." Balasan Rendy membuat Ajeng memanyunkan bibir, semuanya memperlakukan Ajeng bak putri, Rendy saja yang kerjaannya mengomel dan marah-marah.

Tapi tetap saja dibalik sikap itu Rendy selalu bisa menyentuh hatinya.

"Kenapa diambil sawinya?" Ajeng heran melihat Rendy memindahkan sawi mie ayamnya ke mangkuknya sendiri.

Ajeng rencananya memang menyisakan sawinya terakhir agar tidak usah dimakan, tapi Rendy malah melahapnya.

"Katanya lo ga suka makan sayur, gimana sih?"

Haikal dan Nareshta saling menyenggol siku dan menahan senyum masing-masing seolah tahu Rendy sekarang menjukkan perhatiannya tanpa kata-kata.

"Lo bedua juga, ngapain kayak gitu? Makan!"

"Siap boss Rendy!"

"Ini yang bayar Boss Rendykan?"

"Kampret gue habis ditipu tempat penginapan elo malah minta traktir Kal. Lo klaim diri lo temen kayak gitu?"

Haikal lalu menunjuk Nareshta...

"Becanda Ren, kan Nana yang mau bayar."

"Kambing! Kok gue?"

Rendy dan Haikal saling toss, Ajeng tidak bisa makan karena banyak tertawa.

Gadis itu kemudian melirik Rendy, ternyata benar orang pendiam dan tenangpun akan banyak bicara dan tertawa dengan orang yang ia anggap dekat.

Semoga Rendy akan selalu seperti ini jika di dekatnya nanti.

"Ya udah yang bayar gue." Sambar Ajeng.

"Hore! Gue nambah ya Jeng?"

"Ga tau diri si Haikal," Nareshta menggeleng dan berkata, "Gue juga tambah deh Jeng."

Rendy menepuk jidatnya, kerjaan dua temannya itu bikin malu aja.

***

Dari pada ke tempat makrab Rendy memilih pulang, Haikal dan Nareshtapun mengikut, setelah berfoto-foto sejenak di beberapa spot khas Malino, membeli beberapa sayur yang murah meriah di pasarnya,

Rendy meninggalkan Malino dengan banyak kenangan, tentang hujan, malam, selimut, bathrobe dan Ajeng.

"Udah pada pulang lo? Haikal sama Nana mana?" Tanya Jeno melihat Rendy yang duduk sendiri di ruang tengah kontrakan seperti memikirkan sesuatu.

"Nana langsung ke tempat kerja, Haikal molor noh di kamar. Gue habis masak capcay, lo makan gih."

Jeno tersenyum hingga matanya menghilang, Rendy kalau masak banyak biasanya suasana hatinya sedang baik tapi kali ini Rendy masak banyak tapi agak murung.

"Lo kenapa? Muka lo tuh kayak... ada something Ren. Iyakan?" Jeno duduk dengan nasi hangat dan capcaynya, menunggu Rendy yang sejak tadi menghela nafas menceritakan sendiri kesahnya.

"Gue gak tahu harus cerita ini atau enggak sih. Tapi Jen, menurut lo cowok sama cewek tiba-tiba ada di situasi yang bikin mereka satu kamar, suasananya mendukung kayak hujan terus dingin banget, mau gak mau mereka berbagi selimut, tiba-tiba saling cerita masalah masing-masing dan—"

"Making love?" Potong Jeno.

"Gak gitu jir! Kita cuma... cuma cuddle?" Jawab Rendy ragu, namun Jeno sudah tersedak mendengarnya.

Apa tadi kata Rendy?

Kita?

Ki.ta?

KITA?

"Kita? Elo? Anjir, sama siapa jir?"

Goblok Rendy! Pisuhnya dalam hati.

"Gak gitu Je, tapi—" Sialan Rendy tidak bisa menemukan kalimat yang benar.

"Ya udah deh gue."

Tring!

Sendok dan garpu Jeno langsung terjatuh ke atas piring, mulutnya yang penuh makanan terbuka, matanya mengedip bingung seolah tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya

"Gue gak tahu kenapa cewek ini tiba-tiba muncul dan ganggu hidup gue Je, semenjak ada dia rasanya aneh. Gue demam gak sembuh-sembuh, gue kalau sama dia gak bisa bilang enggak, gue selalu pengen berusaha yang terbaik buat dia tapi ada kalanya juga gue gak suka ada dia, dia ngerepotin, bawel, bikin jantung gue sakit—"

Jeno mengangguk malas, Rendy ini benar-benar pintar atau bagaimana sih? Gejala jatuh cinta aja dia gak tahu!

"Ada skinship lain selain cuddle?"

"Gue nyium dia, tapi kebawa suasana Je! Di kening doang!"

Rendy kelagapan menjelaskannya, terlihat lucu bagi Jeno namun ia tetap berusaha mengontrol ekspresi mendengarkan ocehan Rendy.

"I see, I see Ren. Terus yang lo galauin apa? I mean dia gak ngelawan, gak protes, kalian sama-sama nikmatin itu, sama-sama 'menghangatkan' satu sama lain," Jeno menggerakan dua jarinya membentuk tanda kutip.

"Semuanya dengan consent Ren. So?"

Rendy melepas kacamatanya lalu bernafas berat.

"Gue sama dia masih bisa jadi temen gak ya habis ini Je?"

Setelah semua cerita, semua keterbukaan, semua skinship, sebuah kecupan, Rendy tidak yakin bisa memandang Ajeng sama lagi.

-To be continued-

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

LOVECHITECWhere stories live. Discover now