Cantik

7.2K 1.9K 37
                                    

Tidak banyak yang Rendy dan Ajeng bicarakan setelah itu, keduanya membisu dan tersipu karena tersadar jarak ini diambil Rendy karena ia menaruh prihatin, diakui ataupun tidak, nyatanya Ajeng telah menyita perhatiannya.

"Nih, makan punya gue juga," Rendy menyodorkan somay miliknya melihat Ajeng lahap dan hampir menghabiskan porsinya.

"Gak, gak, ini udah cukup kok." Tolaknya.

"Makan aja, gue gampang, anak-anak beli banyak kok di dalem."

Ajeng menyengir girang.

"Beneran?"

"Iya, makan."

Akhirnya porsi Rendy diembatnya juga. Pemuda yang melihat betapa lahapnya Ajeng.

Rendy tersenyum kecil, sejak kapan Jessica Ajeng jadi selucu ini? Padahal Rendy sejak tadi hanya melihatnya menangis dan makan.

"Oh iya, kaos lo... hehe siniin gue bawa pulang, gue aja yang cuci Ren." Pinta Ajeng melihat kaos berwarna putih yang tergeletak lusuh penuh ingus dan air mata di belakang Rendy.

"Biar gue."

"Ih malu Ren!"

"Kenapa malu coba?"

Ajeng tidak punya jawaban.

"Kalau soal ginian sama makanan, elo gak perlu malu sama gue Jeng. Elo malunya kalau proyekan tugas lo mandet biarpun udah gue ajarin caranya."

Jidat Ajeng didorong pelan oleh telunjuk Rendy.

"Makasih ya Ren, somainya, es kelapanya, pedulinya, makasih." Suara lembut Ajeng seolah memaksa tangan Rendy bergerak mengelus puncak kepalanya.

"Somai sama Es kelapa makasihnya ke Leo, kalau soal pedulinya, ya sama-sama Ajeng,"

"Gue paham kok jadi lo, cuma gue pendendam aja sama orang yang ngelakuin itu ke gue, gak kayak elo yang bisa maafin dan semuanya langsung baik-baik aja walapun gue tahu hati lo ga gitu."

Kalimat Rendy membuat Ajeng mengigit bibir dalamnya.

Bagaimana Ajeng harus mengungkapkan pada Rendy nantinya kalau semua tidak seperti yang ia pikirkan?

"Ren," Ajeng memberanikan diri memegang punggung tangan Rendy dan menatapnya dalam.

"Lo kalau punya masalah yang gak bisa elo ceritaiin sama siapapun. Jangan pendam sendiri ya? Ke gue Ren, seberat apapun itu kalau ada nemenin lo bakal lebih ringan. Yah?"

Bujukan Ajeng membuat Rendy mengangguk.

"Hem. Ya udah makan, terus gue anterin balik."

"Otay!!!"

Kata 'Okay' yang dipelesetkan jadi 'Otay' dan diucapkan dengan cara imut nan manja itu damagenya parah bagi dada Rendy, mereka seperti sedang rebanahan di dalam sana.

Refleks Rendy memegang dadanya sendiri dan melirik Ajeng yang asik dengan somaynya.

"Jangan sok imut gitu deh! Ah gak suka!"

Kenapa sih Ren kamu harus mengatakan apa yang sebaliknya?

Otak kamu bilang iya tapi mulut kamu bilang enggak. Ini sih bukan malfungsi lagi, udah koslet!

📎📎📎

"Misi hehe pulang dulu ya?" Ajeng melewati penghuni Dream house yang sedang nongkrong dan gitaran di teras kontrakan mereka.

"Hati-hati di jalan Jeng. Kalau Rendy ngomel makluminlah, tau sendiri anaknya gimana, tapi Rendy tuh perhatian loh, teliti, rajin, pinter masak—"

LOVECHITECTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang