Ini Ajeng, Ren

5K 1.3K 67
                                    

Nareshta berkali-kali menatap ponselnya cemas menunggu balasan Rendy, tidak hanya Nareshta tapi semua penghuni dream house sudah seminggu ini dibuat khawatir oleh Rendy yang selalu murung, mereka tidak tahu sebabnya karena jika ditanya Rendy tidak akan mau bercerita, ia memilih diam mengerjakan proyek besar sebelum magang.

Saat semua bangun, Rendy akan tidur, saat semua tidur barulah Rendy bangun, tapi hari ini berbeda karena ada asistensi Rendy harus ke kampus tadi pagi dan mau tidak mau bertemu mata dengan rekan serumahnya.

"Ren dari tadi gue chat mau makan apa tapi elo gak bales," Cecar Nareshta yang sudah menyiapkan mangkuk untuk kwetiau Rendy.

"Udah makan belom? Jeje beliin kesukaan lo nih. Makan yuk? Bareng." Ajak Mark.

Rendy berbalik melihat semua penghuni kontrakan kecuali Lucas berkumpul di meja makan, namun ia tidak punya nafsu makan, harinya tidak terlalu baik... atau mungkin masih belum membaik.

"Nanti aja." Pemuda itu bergegas menuju kamar.

"Elo tadi pagi juga gak sarapan Ren, nanti juga mienya bengkak elo gak suka, gak dimakan. Udah sini makan aja!" Haikal menahannya, tapi sungguh Rendy tidak punya tenaga untuk bertengkar atau sekedar berdebat.

"Gue minta dibeliin emang?" Pertanyaan Rendy membungkam mereka semua.

"Kalau elo mau makan, makan aja. Gue bukan anak kecil, kalau gue laper gue bakal makan kok."

"Lo kenapa sih Ren?" Jeno turut bicara.

"Udah hampir seminggu lo kayak gitu, diemmm aja, kita gak tahu elo kenapa. Apa salah kita? Atau—"

"Bukan salah kalian kok. Emang gue yang ga mood," Potong Rendy cepat.

"Makan aja. Makasih udah beliin gue makanan Je. Oh iya Lucas gak pulangkan ntar?"

Mark yang menjadi teman sekamar Lucas mengangguk mengiayakan.

"Kal, lo di kamar Mark ya entar? Gue pengen sendiri." Tutup Rendy sebelum menutup pintu kamar dan menguncinya.

"Anjir gue diusir dari kamar sendiri." Pundak Haikal ditepuk kasihan bercampur tawa oleh Mark.

"Kenapa ya Keenan rasanya pengen peluk bang Rendy?" Celetuk yang termuda diantara mereka.

"Peluk aja, paling ditendang." Sahut Leo yang akhirnya mengurungkan niat baik Keenan.

"Rendy emang ada masalah di kampus apa gimana? Biasanya nih anak se-bad mood apapun gak akan nolak makanan. Semarah apapun dia gak akan semeledak itu sama kita," Jeno melirik Nareshta yang sepertinya tahu sesuatu.

"Lo tahu Rendy kenapa Na?"

"Kayaknya sih. Jadikan temen gue ada yang pacaran sama temen Ajeng, pacarnya Rendy. Katanya dia masuk rumah sakit—"

"Lah terus Rendy ngapain di sini gak ke rumah sakit?" Sela Haikal.

"Berantem kali ya? Temen gue juga gak tau."

Rendy yang mendengar percakapan mereka dibalik bilik kamar hanya bisa bernafas berat.

Andai ini memang hanya pertengkaran biasa antar dua insan yang baru berpacaran mungkin bahunya tidak akan seberat ini, mungkin dadanya tidak akan sesakit ini dan mungkin ia sudah berhari-hari bolak balik rumah sakit demi seorang Ajeng.

"Halo?"

Sudah sekian hari Rendy kehilangan senyum, namun satu panggilan masuk membuatnya tersenyum lagi. Dari ia yang memang mencintainya tulus tanpa khianat.

"Nai? Tumben nelpon siang-siang."

Senyum Rendy terulas lebar.

"Kangen. Kau kapan pulang Ren?"

LOVECHITECWhere stories live. Discover now