Bahu mu basah

5K 1.4K 90
                                    

Makan siang itu caanggung, Rendy sebenarnya mau pulang tapi ia menyisakan rasa hormat untuk wanita yang telah melahirkannya ke dunia, hingga pemuda itu duduk mematung memakan steak dihadapan sang Mama dan si Om.

"Rendy gimana kuliahnya? Katanya ngambil Arsi?"

Rendy melirik tajam pada si Om setelah mendengar pertanyaannya, ah Rendy tidak sudi memanggilnya Papa, Rendy bahkan ogah tahu namanya.

"Hem." Jawaban singkat itu membuat sang Mama dan si Om bertatapan heran.

Tidak lama jemari Rendy digenggam sang Mama, hingga menghentikan kegiatan makannya. Perempuan itu tersenyum lembut, tapi sayang sekali hati Rendy sudah kembali batu.

"Ren, sebenarnya Mama mau ngomong."

"Itu Mama udah ngomongkan? Yaudah lanjutin aja."

suasananya entah kenapa menjadi dingin? Sudah tidak adalagi sisa kehangatan dari pelukan rindu tadi rupanya.

"Ren, Nay itu udah tua nak. Gak bisa ngurus Rendy lagi-"

"Maksud Mama apa sih?" Potong Rendy.

"Maksud Mama... gimana kalau Rendy mulai sekarang ikut Mama aja, gak usah ikut Nay. Gimanapun Rendy tanggung jawab Mamakan? Mama tuh sebenarnya ngajak Rendy ketemu pengen minta Rendy pindah ke rumah. Iyakan Pa?" Sang Mama melirik pada si Om yang sudah mengangguk sebagai tanda setuju.

"Benar Rendy, rumah masih luas, kamar kosong banyak. Apa kata orang kalau anak sendiri malah ikut neneknya?"

Rendy tersenyum remeh setelah si Om menyelesaikan kalimatnya.

"Apa kata orang? Orang gak bakal bilang apa-apa, toh saya ikut nenek saya, ibunya PAPA KANDUNG saya," Sinis Rendy.

"Anak sendiri? Rendy bukan anak Om."

"Ren." Tangan Rendy kembali coba digenggam sang Mama namun dihempas begitu saja, nafas pemuda itu memburu, dada sakit seolah bernostalgia dengan pengkhiatan masa lalu.

"Aku gak mau buat Mama sama Om malu di restoran ini," Rendy bersuara, kecil, hanya mereka bertiga yang mendengar.

"Tapi sumpah, Mama sama Om gak tahu malu."

"RENDY!" Si Om membentak.

"Oke, oke kalau om maunya pake loudspeaker oke." Rendy memukul meja dengan kedua tangannya yang sudah gemetar menahan marah.

"Ma! Mama tuh selingkuh sama om ini bahkan saat Papa Rendy sakit, rumah yang kalian tempati itu bahkan rumah Papa sama Rendy! Gak tahu malu ya kalian?!"

Ia tidak bisa menahannya lagi, jika dibiarkan lebih lama maka hati Rendy yang akan lebih sakit di dalam sana.

"Mama bilang uang Papa habis saat awal pembangunan karena dipake berobat? Yang ngelajutin Om dan itu langsung jadi rumah Om Ma? Mama! Itu rumah kita, rumah Rendy sama Papa! Tega-teganya Mama hhhhhh-"

Rendy tidak bisa melanjutkannya, air matanya sudah keluar tanpa diminta.

"Dan Mama nyuruh Rendy tinggal di sana? Rumah yang jadi lambang betapa sakit hatinya Rendy? Tanggung jawab kata Mama? GIMANA MAMA TANGGUNG JAWAB SAMA PERASAAN RENDY MA?!" Teriakan Rendy menggema ke seluruh restoran hingga menyita perhatian seluruh pengunjung.

"Nyesel, nyesel Rendy ke sini! Nyesel Rendy peluk Mama, bilang kangen, padahal Rendy tulus kangen ke Mama tapi Mama hhhhh udahlah Rendy udah habis kata-kata. Bahkan sekarang Rendy rasa semua pelukan, kecupan, sayang, rindu Mama sama Rendy palsu semuanya!"

"Rendy dengerin dulu penjelasan Mama nak yah?" Bujuk sang Mama, ia bahkan tak lelah setelah menenangkan sang suami, ia juga harus menenangkan sang anak. Sungguh tempramen yang diturunkan olehnya.

LOVECHITECWhere stories live. Discover now