Lembar terakhir

8.1K 1.4K 480
                                    

Ajeng terlihat baik-baik saja setelah menekan tombol like yang membuat Rendy berhari-hari tidak bisa tenang.

Apakah sekarang koin itu dilempar dan berbalik sepenuhnya? Apakah kini giliran Ajeng yang tinggal diam dan Rendy yang mengejar?

Bukannya sebaik-baiknya hubungan adalah dengan berjalan masing-masing ke tengah-tengah?

Di pagi yang sama dengan keberangkatan Rendy, snapgram Ajeng berisi ia yang sedang menuju gereja untuk mengikuti misa minggu pagi,

Tidak ada caption patah hati atau sedih karena ditinggalkan sebab itu menurut Rendy— Ajeng sudah sepenuhnya melepaskan tanpa tahu sebenarnya gadis itu hanya tidak ingin mengadu pada sosial medianya, ia ingin mengadu pada Tuhannya, yang paling meng...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada caption patah hati atau sedih karena ditinggalkan sebab itu menurut Rendy— Ajeng sudah sepenuhnya melepaskan tanpa tahu sebenarnya gadis itu hanya tidak ingin mengadu pada sosial medianya, ia ingin mengadu pada Tuhannya, yang paling mengerti kalut dalam hatinya.

"Ren, kalau elo gak betah di kosan lo bilang aja. Tinggal di rumah gue aja di Jakarta." Lucas begitu perhatian, ia bahkan berinisiatif mengantar Rendy ke bandara dengan mobilnya.

"Kosong emang rumah lo?" Tanya Haikal.

"Ada pak Arifin dan nyonyalah."

"Terus elo nyuruh Rendy tinggal di sana?"

"Menghemat kan?"

Haikal menggeleng tidak setuju, tinggal dengan anak pak Arifin saja sudah begini apalagi dengan pak Arifinnya langsung?

"Thanks Cas, tapi kayaknya gue di kosan aja. Lebih leluasa juga, mandiri juga, gak ngerepotin siapa-siapa. Lagian gue juga masukin lamaran ke kantor dekat situ."

"Ren," Panggil Jeno yang hampir tidak percaya apa yang didengarnya.

"Elo kuliah, arsitektur, S2 nih ya. Terus elo mau kerja juga? Waras lo?"

Rendy mengangguk seolah tidak ada masalah dengan hal itu, katanya untuk melupakan sesuatu dengan cepat adalah dengan sibuk dan bekerja keras.

Namun apa yang ingin dilupakan Rendy? Ajeng?

Sesibuk apapun sepertinya Rendy tidak akan pernah lupa, ia melihat maket saja ingat Ajeng, ke studio ingat Ajeng, hujan ingat Ajeng, bahkan saat melihat selimutnya sendiri ia juga teringat Ajeng, tidak ada jalan melupakan sang Jelita.

"Berangkat kapan nih kita? Yang nganter siapa aja?" Tanya Haikal.

"Bentar, gue cek dulu apa masih ada yang kelupaan." Rendy memeriksa kembali barang bawaannya, sebenarnya sebagian sudah dikirim ke Jakarta lewat jalur laut, Rendy hanya perlu membawa ransel pakaian dan dirinya sendiri lewat jalur udara.

"Gue, Jeno, sama Lucas doang ini? Si Naresh?"

"Naresh pulang Kal, udah pamitan kok sama Rendy tadi. Udah yuk, nanti kena macet." Ajak Jeno yang sudah duluan keluar rumah disusul yang lain meninggalkan Rendy yang masih menatap lamat setiap sudut kamarnya, mengumpulkan keping kenangan untuk disimpannya dalam-dalam.

LOVECHITECTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang