Gara-gara laptop

5.6K 1.6K 210
                                    

Belum sempat mandi, Rendy berlari dengan kemeja lusuh yang tidak sempat distrika, sisa odol di ujung bibir, tidak lupa mengambil kunci motor Haikal untuk dipinjamnya. Rendy hampir lupa, ia ada asistensi hari ini.

"Aduh mampus gue!" Tidak sempat merapikan posisi motor Haikal di parkiran, Rendy langsung berlari menuju ruangan yang dituju.

Sudah ada beberapa teman sekelasnya yang selesai serta menunjukkan wajah kurang bahagianya. Ya gimana mau bahagia kalau revisi lagi revisi lagi sudah seolah jadi teman hidup?

"Huuuu, huuuu." Rendy mengatur nafasnya sebelum masuk, menyisir asal rambut keringnya yang sudah berdiri kemana-mana karena tidak sempat disisir dan dibasahi air.

"Oke, ayo masuk Ren." Monolognya.

"Permisi kak, selamat pagi."

Gambar Rendy diperhatikan sang Asiten dosen dengan lamat, pemuda itu terkejut kala si Asdos mengambil spidol merah dan mencoret garis gambarnya.

"Duh dek, persfektifnya salah, proporsinya kurang dan rendernya parah banget ini Ren," Sang Asdos menatap Rendy tidak percaya,

"Kamu lagi mikirin apa sih ampe tugas berantakan gini?" Rendy menggeleng seperti ogah untuk menjelaskan masalah hidupnya pada orang asing.

"Ya udah kamu ulang yah?"

"Siap kak."

Dan baru kali ini ada huruf 'U' kapital di pojok kanan tugasnya, simbol kalau ia harus mengulanginya dari awal.

Rendy yang tidak pernah merasakan revisi kini duduk terbegong menatap si tugas, bisa-bisanya ia keteteran dan asal membuatnya.

Sebenarnya apa isi kepalanya seminggu belakangan? Apa karena sudah teralihkan menjadi Ajeng, Ajeng, Ajeng, dan Ajeng.

Sial memang, sudah kuat-kuat menolak, bukannya tenang Rendy malah makin kepikiran.

"Yang punya motor elo apa gue sih? Gue ampe nebeng Naresh loh ke kampus." Suara Haikal yang menghampirinya ke Arsi membuyarkan pikiran Rendy.

"Ck, sorry gue buru-buru mau asistensi. Nih kunci motor lo, makasih."

Haikal yang sedari tadi manyun hanya bisa menerima kunci motornya dari tangan Rendy, niatnya ingin melanjutkan omelan tapi melihat tampang Rendy yang kayak origami alias kelipet-lipet, Haikal mengurungkan niat awalnya.

"Nape lu? Dah makan belom?"

"Belum, nanti deh. Ini gue udah mau pulang juga."

"Udah asistensi?"

"Hm, suruh ngulang." Rendy menunjuk huruf U kapital yang tidak pernah didapatkan sebelumnya.

"Pffttth," Haikal menahan tawa, teman sekamar Rendy itu lalu merangkulnya, Rendy kira ia ikut prihatin tapi si bangsat Haikal malah berbisik.

"Elo males sih. Ngulangkan? Revisikan? Ck ck ck Rendy Rendy."

Haikal belum tahu rupanya, mengatai anak arsi yang benar-benar serius di jurusannya 'malas' itu sama dengan cari perkara.

Rendy langsung menyingkirkan rangkulan Haikal dari pundaknya, meski mata Rendy minimalis ia mencoba memicing tajam ke arah Haikal.

"Tarik kata-kata lo! Gue? Gue males? Gue tidur di atas jam 3 asal lo tahu, jari gue kena cutter, kena lem G, selasa gue studio, rabu nugas lagi gue anjir, kamis gue bikin porto sampe jumat, sabtu lo pikir gue libur? Gue live sketch! Lo masih mau bilang gue males? Hah? Hah?"

Haikal menganga tidak percaya, Rendy mengamuk, tapi mengamuknya lucu, semua jadwalnya dispill hingga bukannya ciut Haikal malah tertawa setelahnya.

LOVECHITECTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang