Mata mu sehat?

5.1K 1.4K 136
                                    

Katanya kalau laki-laki cenderung deg-degan jika perempuan mengenakan pakaiannya, kini Rendy tahu rasanya.

Ternyata saat Ajeng menggunakan kaos dan celana trainingnya rasanya seperti secara tidak langsung memeluk gadis itu, ya seperti itu yang dirasakan Rendy, hangat.

"Ini udah bener di-lem di sini?"

Lamunan Rendy terintrupsi pertanyaan Ajeng.

"Hem iya."

"Okay, btw maket lo bagus banget, rapih. Ga salah sih orang-orang di jurusan bilang elo born to be arsitek Ren," Ajeng sekilas berbalik dan tersenyum tipis setelah melemparkan pujiannya pada Rendy.

"Nah udah nih. Finishingnya-"

"Gue aja." Potong Rendy cepat. "Makasih Jeng."

"Sama-sama. Padahal gue gak bantu banyak."

Ajeng memeluk lututnya, pandangannya dimanjakan dengan Rendy yang berkonsentrasi penuh pada maketnya, tapi ada satu yang membuat Ajeng penasaran.

"Mines lo tinggi? Gue semester awal sering lihat sih elo pake kacamata, tapi akhir-akhir ini jarang, baru liat lagi hari ini."

Rendy menghentikan kegiatannya siap meladeni wawancara eksklusif Ajeng.

"Gue sehari-hari pake softlens, kalau di rumah ya pake kacamata. Ini minesnya ga terlalu gede kok," Pemuda itu melepas kacamatanya.

"Mau coba?" Tawarnya pada Ajeng yang sudah mengangguk antusias.

"Mau, sini!"

"Jangan dipegang, nanti kotor. Diem di situ."

Rendy memperpendek jarak lalu memasangkan kacamatanya sendiri untuk Ajeng, bahkan memperbaiki posisinya agar pas di wajah gadis itu.

Dan dari jarak sedekat itu, bohong kalau dua jantung anak manusia itu tidak saling berdebar berlebihan, Rendy dan Ajeng tenggelam dalam manik masing-masing meski dihalangi lensa kacamata.

Keduanya bertatapan lama sampai Ajeng memecah keheningan dengan berdehem keras dan mulai bertingkah, menggoyangkan jari-jarinya di dekat mata dan berkedip-kedip aneh sambil bertanya, "Cocok gak Ren?"

Rendy melayangkan jitakan pelan.

"Enggak, elo pesek jadi kacamatanya keperosot."

"Cih! Gue juga gak minat pake kacamata, engga pake aja gue cantik! lagian mata gue baik-baik aja! Nih ambil nih kacamata lo, ambil!"

Ajeng menyodorkannya sebal namun Rendy malah terkekeh dibuatnya.

"Beneran mata lo baik-baik aja?" Tanya Rendy.

"Iyalah."

"Kok lo bisa suka sama gue? Gue ngiranya mata lo silinder." Pertanyaan Rendy kali ini cukup membuat Ajeng terdiam sebentar.

"Ya karena mata gue baik-baik aja. Cuma orang buta yang ga bilang elo ganteng, elo baik, elo-"

"Stop, udah." Rendy menghentikan kalimat Ajeng sebelum rona di pipinya semakin jelas terlihat.

Tidak ada suara dari ruang tengah, teman-teman satu kontrakan Rendy semuanya ada di teras seolah ingin memberi space pada Rendy dan Ajeng namun kelakuan mereka itu malah membuat suasananya aneh.

Berduaan dengan gadis di dalam kamar kontrakan tentu tidak pernah ada dalam buku pengalaman seorang Rendy, ini kali pertamanya.

"Mau kemana?" Tanya Ajeng segera saat Rendy bangkit dari duduknya.

"Cuma mau ngambil tissue basah bentar."

Tidak lama Rendy kembali dan duduk tepat di hadapan Ajeng, tanpa aba-aba Rendy menarik tangan gadis itu, tanpa kata mengusap tissue basah ke ujung jari-jarinya, membersihkan sisa lem yang hampir mengering karena membantunya tadi.

LOVECHITECWhere stories live. Discover now