Awal mula

8.8K 2.4K 167
                                    

Kamar itu benar-benar sempit, hanya ada kasur, gantungan baju diisi dua bathrobe di belakang pintu, karpet kecil dan sebuah televisi, bahkan tidak ada kursi dan meja di sana, kamar mandinya pun sempit, tipikal kamar yang memang digunakan hanya untuk tidur.

"Hu huu," Ajeng menggosok-gosokkan tangannya menahan dingin, baru ia ingin mengambil bathrobe namun Rendy terlebih dahulu menyambar dan masuk ke dalam kamar mandi.

"Ren, ladies first!! Ueee gue duluan dong yang mandi Ren! Gue butuh mandi air hangat demi apapun!" Ajeng mencoba menahan pintu kamar mandi.

Alis Rendy naik sebelah, melirik tajam tangan Ajeng di pintu kamar mandi seolah menyuruhnya menyingkir. Meski tanpa kata Ajeng ciut dengan ekspresi itu dan akhirnya mengalah.

"Ren jangan lama! Kalau lama gue terobos!"

Dari dalam kamar mandi Rendy memejamkan mata tidak habis pikir, Ajeng itu apa saja mau diterobos, bar-bar sekali untuk ukuran seorang gadis kurus, kecil meski hanya beda 3 cm dengan tinggi badannya.

"Tuhan Tuhan Tuhan, ya ampun dingin banget ini brrr brrr brrr."

Ajeng ingin melompati kasur dengan selimut hangat itu dan menggulung diri di sana, tapi pakaiannya kuyup, tidak cuma yang dipakai tapi juga yang di dalam tas, bisa mati hipotermia jika selimut itu juga basah, dan yang pasti ia juga akan dimarahi dan diomeli Rendy sampai pagi.

"Udah selesai, masuk sana!" Rendy sudah keluar dari kamar mandi tanpa Ajeng sadari.

Ajeng punya abang, kaum laki-laki itu memang mandi dengan cepat tapi apa tidak terlalu cepat bagi Rendy keluar dari sana?

"Heh? Udah selesai lo?"

"Hm."

Ajeng masih mengedip tidak percaya.

"Ck nunggu apa sih lo? Sana masuk, mandi!"

Ajeng tidak tau saja Rendy mengambil Gerakan secepat kilat di dalam sana karena tidak ingin Ajeng kedinginan dan menunggu terlalu lama.

Rendy buru-buru berpakaian saat Ajeng sudah sibuk dengan konser tunggalnya di kamar mandi, kaos putih dan celana basket cukup nyaman di badannya meski pakaian itu sedikit basah karena air hujan merembes hingga ke dalam ranselnya.

Rendy langsung menggulung diri ke dalam selimut setelah mengisi daya ponsel, sesekali pemuda itu melirik pintu kamar mandi.

"Demi apa gue ada di penginapan sama cewek? Satu kamar? Tuhan... apa jiwa ku tertukar dengan Jeno?"

Rendy mulai ngelantur, ia cepat berbalik badan dan pura-pura tertidur saat Jessica Ajeng keluar masih dengan bathrobe putih dan rambut setengah basah.

Aku ga liat, aku ga liat, aku gak liat.

"Ren? Rendy?" Panggil Ajeng.

"Lo udah tidur?"

Rendy berpura-pura tuli sekaligus buta, mengabaikan Ajeng yang kini terduduk di lantai kamar, menyalakan tv agar memecah keheningan.

Gadis itu memegang pakaian yang tadi di keluarkannya, namun rasanya belum layak di pakai, baju itu masih basah, mending Ajeng pakai bathrobe saja rasanya.

"Rendy... laper~"

Tidak ada tanggapan dari Rendy.

Ajeng kemudian mengintip keluar jendela, semuanya gelap tertutup kabut dengan gerimis sisa hujan yang menyisakan dingin yang cukup menusuk bagi ia yang terbiasa dengan cuaca panas kota meski memasuki malam.

Ajeng memilih membaringkan diri di lantai, meski sudah mandi dengan air hangat tetap saja tubuhnya jadi dingin lagi. Gadis itu iri dengan kasur dan selimut hangat yang dikuasai Rendy.

Kenapa Rendy tidak seperti pria-pria gentleman di drama sih yang membiarkan gadis tidur di kasur dan ia di lantai?

Ah lupakan, hidupnya bukan drama dan Rendy saputra bukan Ji Changwook.

"Ah, sleeping bag gue juga basah."

Tidak ada harapan, Ajeng yakin ia akan masuk angin jika terus seperti ini.

Tapi Ajeng juga tidak ingin menerobos masuk ke selimut Rendy!

Ajeng mah katanya doang 'Terobos, terobos' aslinya mah malu juga coy!

"Lampunya gue matiin." Kamar itu mulai temaram, hanya cahaya dari TV yang jadi penerangnya.

Ajeng berpasrah, karpet tipis di depan tv jadi alas tidur, tidak butuh lama baginya yang memang lelah untuk bernafas teratur dan masuk ke alam mimpi.

Di sisi lain Rendy membuka mata begitu mendengar dengkuran halus Ajeng, gadis itu menggulung badan seperti trenggiling menahan dingin, hanya memakai bathrobe yang mengekspose kakinya.

Rendy yang memakai selimut dan tidur di kasur saja masih dingin, bagaimana Ajeng yang tidur di lantai tanpa dibungkus apapun?

"Brrrr huuuu," Ajeng membalik badannya, ia terbangun karena serangan dingin yang begitu parah, mata keduanya kemudian bertemu di satu titik.

"Kebangun?" Tanya Ajeng yang diangguki Rendy.

"Dingin?" Berbalik Rendy yang bertanya dan Ajeng yang mengangguk.

Tidak ada suara lagi, mereka hanya menatap meski sama-sama ada yang ingin disampaikan.

"Ren, jujur gue gak bisa tahan banget dinginnya. Bisa ga elo ijin gue pake selimut juga?"

Ajeng sebenarnya tidak berharap banyak, tapi siapa yang menduga Rendy bergeser dan memberinya ruang tepat di sebelahnya?

-To be continued -

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

LOVECHITECTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang