Aku butuh kamu

5.1K 1.4K 106
                                    

Minggu ini hectic, Rendy tidak menyangka minggu pertamanya magang di Vire studio arsitek and interior segini repotnya.

Meski tugasnya minggu ini tidak berhubungan dengan design tapi Rendy harus mengatur janji dengan banyak clien, mempersiapkan ruangan presentasi, dan lebih tepatnya ia jadi kacung Bang Johnny.

"Itu White boardnya bisa tinggian lagi gak sih Ren?" Terdengar seperti perintah, Rendy langsung mengatur ulang posisi white board sesuai keingin bang Johnny.

"Segini bang?"

"Tinggian lagi!"

"Segini?"

"Lagi Ren!"

Rendy berusaha menjinjit sekuat tenaga.

"Udah mentok bang."

Menyadari tinggi badan sang Junior lebih minimalis brengseknya Bang Johnny malah tertawa.

"Ya udah deh segitu aja."

Bang Johnny juga arsitek magang ya bisa dibilang pegawai baru yang baru lulus kuliah, ia sudah menyandang gelar sarjana Teknik, bang Johnny magang lagi demi persyaratan ujian SKA dan menyandang gelar arsitek muda, magang Rendy cuma enam bulan, tapi magang bang Johnny 1.5 sampai 2 tahun coy ya intinya bagaimanapun dia tetaplah senior Rendy.

"Bang, kapan saya bisa ke lapangan juga?"

"Ya sebulan pertama paling gini-gini aja kerja lo, tapi kayaknya bulan depan ada project apartemen. Pasti elo juga ikutan, tenang, gak lama kok jadi kacung kantor, sabar ya?"

Rendy hanya bisa menyunggingkan senyumnya secara terpaksa, beberapa bulan ini kehilangan alasan untuk tersenyum.

Rendy yang sempat lepas, ceria dan sering tertawa kembali jadi Rendy yang dingin setelah dihantam banyak luka.

Pulang dari kantor Rendy harus menunggu anak kontrakan menjemputnya, untunglah tempat magang Naresh juga tidak jauh dari kantornya.

Sembari menunggu biasanya Rendy menghabisakan waktu dengan live sketch bangunan-bangunan di sekitarnya.

Saat asik menggambar Rendy sadar ada beberapa lembar kertas yang terlipat di dalam sketchbooknya, Rendy membuka lipatan kertas itu perlahan lalu menyadari design kasar yang tergambar di sana milik Ajeng yang diserahkan padanya dulu untuk diperbaiki.

"Jeng." Tanpa sadar Rendy memanggil nama itu.

Entah sudah berapa bulan setelah KKN dan kini magang, ia tidak pernah tahu kabar Ajeng, atau lebih tepatnya Rendy menghindari segala sesuatu tentang Ajeng.

Iya, hatinya masih sakit.

Iya, hatinya masih luka.

Sampai detik inipun Rendy masih menganggap Ajeng tidak pantas menerima rindunya hingga rindu itu disimpannya sendiri.

"Apa kabar?"

Larut dalam rindu, Rendy baru menyadari ada panggilan yang masuk ke ponselnya saat benda itu bergetar dalam sakunya.

Rendy mengangkat alis terheran melihat nama kontak pamannya, adik bungsu Ayahnya itu tidak pernah menelponnya, paling hanya mengirim pesan jika memberikan uang jajan padanya, isi chat Rendy dengan paman mudanya pun hanya...

Udah dikirim Ren.

Makasih om

Ren, udah dikirim, jangan boros.

Makasih om.

Ya... sejenis itulah percakapan mereka.

"Halo om? Ga perlu kirim uang, magang ini Rendy digaji." Sambar Rendy namun lama menunggu sang paman tidak menjawab kalimat panjangnya di ujung telepon.

LOVECHITECWhere stories live. Discover now