Kamu yang seindah ini

6.1K 1.5K 103
                                    


Entah hubungan mereka yang terlalu kuat atau terlalu mudah, Ajeng yang mudah luluh dan tidak memakai logika atau Rendy yang tidak tahu apa itu berjuang?

Semuanya kembali seperti sediakala dalam kurun waktu dua minggu tapi hubungan mereka masih begitu, sekedar teman makan bersama atau Rendy yang jadi mentor dadakan Ajeng.

Sama seperti sekarang gadis itu butuh sang mentor, Ajeng sudah menyengir canggung pada Nareshta yang membuka pintu rumah kontrakan untuknya.

"Hehe Rendy ada Na?"

"Hehe Ada Jeng. Mau dipanggilin?" Balas Nareshta meniru nada bicara dan tawa canggung Ajeng padanya.

"Iya, dari tadi gue telepon gak diangkat soalnya."

"Ck, wajar. Lagi kerja maket dia, jangankan HP, temen serumahnya aja pada di-silent. Oke, bentar ya gue panggilin,"

Baru akan berlalu, Nareshta berbalik.

"Masuk dulu Jeng, di ruang tamu aja."

"Gak apa-apa Na di sini aja, biar entar Rendy yang suruh masuk."

Mata Nareshta memicing jahil, "Pilih-pilih deh lo. Padahal guekan juga penghuni sini Jeng!"

Nareshta hanya tidak tahu filosofi denah rumah yang menggambarkan sejauh apa sebuah kedekatan, hanya Rendy dan Ajeng yang tahu maknanya.

"Rendy?" Baru Narehsta membuka pintu kamar pemuda itu, ia sudah berteriak emosi.

Ya maklum sih, sejak tadi Rendy diganggu Jeno dan Haikal bergantian jadi wajar ia mengira Nareshta juga akan melakukan hal yang sama.

"Astaga! Apalagi sih?" Kesalnya

"Sorry," Nareshta menaikkan peace sign dan menyengir.

"Tapi elo dicariin temen lo tuh depan. Udah bawa segala perkakasnya, elo tahukan... tabung gambar, dan teman-temannya." Nareshta menggerakkan tangan seolah menggambarkan alat-alat yang dimaksud.

"Tapi gue gak ada tugas kelompok Na." Rendy terlihat tidak tertarik, maketnya menanti, mau pak gubernur yang nyariinpun Rendy tidak akan tertarik. Apalagi cuma teman sejurusan yang pasti akan merepotkannya?

"Elo mending keluar dulu deh, katanya elo dari tadi ditelepon tapi ga diangkat."

"Hah?" Baru Rendy akan mengecek ponselnya tapi Nareshta buru-buru menariknya bangkit menuju teras.

Setelah melihat sosok yang konon mencari dan meneleponnya sejak tadi, Rendy ingin mengulas senyum tapi anehnya yang keluar di wajahnya malah tatapan lelah dan nada suara judes seolah sudah default kalau berhadapan dengan makhluk bernama Jessica Ajeng.

"Mau apa lo?" Suara itu membuat Ajeng berbalik, mata gadis itu berbinar dan senyuman merekah dari bibirnya seolah diantara ia dan Rendy tidak pernah ada kejadian tidak mengenakan.

"Regal! Huhuhu akhirnya elo muncul juga hue."

Ajeng memeluk Rendy singkat.

"Tolong, otak gue udah berasap ngerjaiin tugas pranata pembangunan gue. Gue bisa mati Regal, astaga gue gak mau mati muda, gue belum kawin Ren, nikah apalagi." Keluh Ajeng dilebih-lebihkan.

"Anjeng," Rendy meletakkan satu tangan di bahu Ajeng disertai dengan senyuman paksa yang dikeluarkan setelah tahu si bodoh itu keteteran tugas lagi,

"Ajeng sayang, gak pake N." Koreksi Ajeng.

Rendy menghela nafas lelah, entah sejak kapan panggilan 'sayang' dari Ajeng sudah sangat terbiasa didengarkannya?

Bahkan sesekali Rendy pernah keceplosan memanggil Ajeng 'sayang' juga.

LOVECHITECTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon