Awal rasa

6.8K 1.9K 79
                                    

Berhari-hari Rendy tidak menyapanya, tapi pria itu akan selalu mengirimkan pesan saat jam makan tiba kepada Ajeng, isinyapun hanya sekedar 'makan' ya hanya itu tidak ada yang lain.

Kalau Ajeng membalas pesannya, Rendy akan mengabaikannya dan kembali mengirim pesan yang sama kala jam makan datang.

"Aaaaaa nyebelin! Salah gue apa sih?" Runtuk Ajeng setelah membaca pesan makan siang dari Rendy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aaaaaa nyebelin! Salah gue apa sih?" Runtuk Ajeng setelah membaca pesan makan siang dari Rendy.

"Gue tau ya elo males ngomong, tau! Tapi salah gue apa sempe lo marah kayak gini sama gue? Hah? HAH?"

Taro dan Nada kompak saling menatap, Nada memijat pangkal hidungnya dan menghela nafas berat sedangkan Taro meletakkkan telapak tangannya ke jidat Ajeng.

"Lo demam? Ketempelan? Apa emang ga waras?"

"Diem lu!"

Taro mengangkat kedua tanganya sebagai tanda menyerah menghadapi tingkah Ajeng.

"Mau lo samper ga? Ruangannya dua kelas doang dari sini."

"Gue samperpun dia ngehidarin gue Nad masalahnya," Rambut Ajeng jadi sasaran rasa frustasinya.

"Kita beberapa hari lalu baik-baik aja, bahkan mika tempat makanan Rendy tuh masih ada di kos gue!"

"Artinya dia udah gak mau deket lo alias elo digoshting nyahahaha!"

Bukannya prihatin Taro malah tertawa lebar, ia baru berhenti saat Ajeng menunjukkan rasa kesalnya lewat ekspresi yang masam di wajahnya.

"Kalau gue digoshting, gak mungkin Rendy tiap jam makan ngingetin gue! Wleee!" Ajeng tak mau kalah.

"Cih manja banget lo diingetin makan segala, kayak elo gak bakal makan aja kalau gak diingetin. Kalau Rendy seharian lupa ngingetin lo makan elo gak makan gitu? Gimana kalau Rendy lupa sebulan? Busung lapar lu Jeng!"

Sudah ditebak setelah pernyataanya itu Taro akan mendapat tamparan di kepalanya dan berakhir dengan pertikaian kecil kekanakan ala Ajeng dan Taro seperti biasa.

"Ah, kenapa ga bikin alasan aja ngembaliin Mika tempat makanannya Jeng!?" Sela Nada ditengah petarungan saling cubit dan ledek Taro dan Ajeng.

Taro suka dengan kepintaran Nada tapi ia benci ide – ide cemerlangnya mendekatkan Ajeng dan Rendy.

Nada ini bukannya mendukungnya malah mendukung Rendy?

Eh ya wajar sih, Nada saja belum tahu kalau Taro menyimpan rasa pada Jessica Ajeng.

"Ah bener juga, nanti pulang kuliah gue samperin deh ke kontrakannya, gak mungkin Rendy kabur jugakan kalau gue udah disana?" Ajeng menaik-naikkan alisnya.

"Ehm," Taro berdehem keras.

"Rumahnya Rendy dimana? Gue anterin! Gue tungguin! Terus gue yang anter pulang, lagian gak boleh cewek sendiri ke sarang penyamun!"

Nada dan Ajeng kompak memberi pandangan lelah dengan sahabat lelaki mereka itu.

"Lu kenapa sih?"

"Aduh, aduh Nad!"

Tidak biasanya Nada menjewer Taro seperti anak SD yang tidak potong kuku hingga meringis sakit dan mengusap daun telinganya.

"Gue cerita gebetan gue yang punya riwayat bad boy elo gak ada tuh kayak gini? Pilih kasih lo antara gue sama Ajeng, giliran Ajeng aja ke kontrakan Rendy langsung dikatain sarang penyamun segala? Dikata Ajeng putri Jasmine?"

Sebal Nada, namun sayangnya yang diomeli malah menyengir lucu hingga mata sipitnya menghilang.

"Wuih siapa bilang Nad? Gue diem-diem memperhatikan elo dengan anak teknik mesin itu Nad. Aku menjaga mu dari jauh sahabat ku."

Taro menempel lucu di pundak Nada dan Ajeng ikut menempel di pundak Taro seperti anak tengah dan anak bungsu membujuk kakak sulungnya yang sedang merajuk.

"Eh, gue balik dulu kalau kayak gitu."

"Gue anterin ke sarang, eh ke kontrakan Rendy ga?"

"GAK!" Ajeng dan Nada kompak menjawab.

"Kenapa?"

Nada melirik Taro seram.

"Gak! Elo pokoknya anterin gue beli penggaris, Terus kita ngopi bahas tugas—"

"Tapi Nad, Ajeng... gimana?" Tunjuk Taro pada punggung Ajeng yang semakin menjauh.

"Ya gak gimana-gimana? Biarinlah dia ngurusin sendiri percintaannya. Lagian lo kok kayak ngehalangin Ajeng gitu ngejar Rendy?"

Nada mengerjap sejenak mencerna situasi.

"Ah! Jangan bilang elo suka—"

"Hem, gue suka." Potong Taro.

"Rendy?" Nada menutup mulutnya tidak percaya.

"Beneran? Serius? Rendy? Pantes elo—" Tidak sempat Nada melanjutkan kalimatnya, bibirnya sudah dipukul pelan oleh Taro yang kesal karena tebakan sahabatnya itu.

"Ya kale masa Rendy Nad?"

"Ya kale masa Ajeng Tar?"

Sekali lagi Nada mencerna situasinya, matanya membulat karena terkejut, mulutnya menganga dan ditutup kedua tangannya.

"ELO NAKSIR AJENG? SEJAK KAPAN?"

Entahlah, Taro juga tidak paham. Mungkin karena melihat makhluk itu tiap hari tersenyum bodoh, tertidur di kelas, bersemangat mengerjakan tugas yang tidak ia pahami, pokoknya segala tingkah Jessica Ajeng jadi manis di matanya.

Sejak itu Taro sadar hatinya telah jatuh.

-To be continued -

Lomba tebak sad boi.
Yang kanan apa yang kiri?

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

LOVECHITECWhere stories live. Discover now