Dunia baru

9.2K 2.4K 269
                                    

Baru jam 10 pagi di kota Makassar namun matahari agak lebih terik dari biasanya hingga menaikkan 'tensi' manusia-manusia yang dilewati Rendy,

setelah diturunkan Jeno di depan fakultas Teknik dan dipesakan untuk menyaksikan panggung festival music di fakultasnya setelah kelas, tanpa sengaja Rendy melewati kelas Jessica Ajeng, pemuda itu menghentikan langkahnya kala mendengar suara yang familiar.

"Maafkan saya pak, akan saya ulangi designnya,"

"Selalu seperti itu kamu Jessica! Kamu ngapain kuliah arsitektur, desain kayak gini, ga laku desain mu, gak usah jadi arsitek, gak usah kuliah arsitektur kamu!"

Ajeng menunduk lama kehabisan kata, Arsitektur itu memang arena di mana mental mu akan dihancurkan dan jika ingin lulus kuncinya hanya bertahan dan berubah.

"Emang kamu siapa? Zaha Hadid mau bikin desain organik begini? Ganti!"

"Baik pak."

Rendy melihat gadis itu berjalan lusuh ke tempat duduknya, ditenangkan dua temannya, jelas sekali Jessica Ajeng terpaksa merekahkan senyumanya.

"Aish!" Rendy menggelengkan kepala.

Kenapa ia tiba-tiba jadi candu ingin melihat senyuman manis Ajeng?

Kenapa ia merasa marah saat ada orang yang tidak memperlakukan gadis itu baik?

Kenapa tiba-tiba muncul motivasi ingin membahagiakannya?

Tidak Rendy jangan! Itu merepotkan!

Rendy Ada festival music di fakultas Seni

Rendy Gue disuruh Jeno temen serumah gue ke sana.

Rendy Lo temenin gue.

"Aaaaa kenapa otak gue gak singkron sih sama tangan gue!!! Guekan bilang jangan, kenapa lo malah gerak?!"

Teriak Rendy sembari memukuli tangannya sendiri hingga membuat teman-teman sekelas dan sang dosen menatapnya heran.

"Rendy bikin maket emang gitu, kita pengennya nge-lem di kiri, malah yang kanan yang nempel, sabar ya." Ujar teman sekelas Rendy yang makin membuatnya ingin membenturkan kepala ke atas meja.

***

Harusnya hanya Ajeng tapi ada tiga punggung yang menungguinya di depan kelas, ya tidak hanya Ajeng.

Ketiganya menatap para mahasiswa mesin yang sedang diospek sambil memakan lollipop, sesekali Rendy mendengar mereka saling meledek.

"Yang mana orangnya?"

"Itu...itu yang nguap." Zhenada excited.

"Dia panitia apa gimana? Kok gak pake id card?"

"Kayaknya bukan deh. Tapi gantengkan?"

"Gantengan Regal Nad."

"Gue tahu Jeng lo agak ga waras, tapi kali ini elo jangan naksir biscuit juga." Taro mengambil ancang-ancang hendak menjitak kepala sahabatnya itu.

"Regal tuh manusia. Regal, Rendy galak. Ya walapun galak dia tetap manis dan gurih."

Nada dan Taro kompak menepuk jidatnya bersama orang yang sedang dibicarakan mereka sejak tadi.

Julukan macam apa itu Ajeng?

Gurih? Emang lo pernah coba?

"Ehm ehm." Rendy berdehem meminta perhatian, ketiga sahabat itu kompak berbalik.

Ajeng langsung melompat senang, Nada menyengir canggung sedangkan Taro menganga tidak percaya.

Iya, itu benar-benar Rendy Saputra Dharma dan ia berteman dengan Ajeng.

LOVECHITECWhere stories live. Discover now