Dean Sakit II

8.7K 1.4K 207
                                    

"Bang, Dean tuh," Sasa menunjuk ke satu arah, membuat Satya mengikuti arah telunjuk tangannya yang terarah. "Minta maaf sana, tadi ngajakin ke kantin pagi-pagi malah ditinggal. Tidak baik."

"Iya nanti aja," enteng banget perasaan.

"Heh! Satya Sha Megantara—"

"Heh! Nitya Sha Megantara, gak boleh banyak bacot!"

Sasa yang kesal sekaligus gemas dengan abangnya ini, langsung saja menginjak kaki abangnya dengan kencang. "Lu goblog banget sih, Sa? Ampun dah, sakit aelah."

"Dean! Woi diajak Abang gue makan nih," Sasa memanggil Dean dari kejauhan, diajaknya untuk makan bersama

"Gilakkkk kagak kagak, ngadi-ngadi lu ah, dasar bocah," Satya hendak kabur saja rasanya, namun tangan adiknya ini sungguh seperti tak mau melepaskannya.

Dean menghampiri mereka berdua di tengah area kantin, "by the way, makasih ya udah diajak gabung," Dean tersenyum manis ke arah dua kakak beradik tersebut. Sasa membalas senyumnya, namun Satya—Dean liat, Satya sedang sibuk menggelitik pinggang adiknya itu. Entahlah, sepertinya bau-bau ingin kabur.

"Ayo duduk dulu," Sasa memaksa Satya untuk duduk, tentu saja dengan jurus jitunya.

"Ranti!"

Tiba-tiba Satya bangkit dan menghampiri Ranti yang baru saja memasuki area kantin. Gadis itu terlihat sendiri tanpa seorang teman. "Sini, kita lagi makan bareng-bareng," Satya menarik pergelangan tangan gadis itu.

"Silahkan."

Mata Dean sedikit panas melihat Satya sangat ramah dengan si Ranti itu. Apa sih istimewanya Ranti di mata Satya? Dan, apa kurangnya Dean di mata Satya? Dean lebih cantik, kaya, body goals, dan famous dibandingkan Ranti, tapi kenapa Satya lebih tertarik pada Ranti?

Iya memang, cinta tidak memandang fisik. Tapi bukan berarti cinta itu buta. Seorang Satya Sha Megantara seharusnya tau, dia harus membuka matanya lebar-lebar untuk bisa tau siapa itu Ranti dan siapa itu Dean.

"Mau makan apa, Ran? Biar aku pesenin," tawaran Satya terlihat seperti ditolak oleh Ranti.

Kini giliran Dean, "Aku es teh aja satu, Sat. Eh sama soto deh sekalian."

"Yakin kamu gak mau makan? Terus ke kantin ngapain?"

Dean berdecak sebal. Apa baru saja Satya tidak menghiraukan perkataannya? "Satya, hargain aku ngomong dong," rengek Dean.

"Ya lo juga harusnya bisa hargai gue ngomong dong. Gue masih ngomong sama Ranti, De. Udah SMA masih gak tau tata krama ngomong sama orang."

Sumpah sakit. Dean merasa seperti itu. Awalnya Dean hanya menganggap Ranti adalah saingan seperti biasanya. Namun kali ini jelas, Ranti bukan sembarang saingan. Bak guru dan anak emas, begitulah Satya dan Ranti. Sedangkan, bak ketua OSIS dan preman sekolah, begitulah Satya dan Dean. Seorang ketua OSIS seperti Satya sangat anti dengan berandal seperti Dean.

Cuma perumpamaan, siapapun tidak akan terima jika dirinya disebut berandal.

"Kalo ke kantin gak mau makan, terus mau ngapain? Gak ada om-om di sini, Ran, salah tempat lo," ucap Sasa.

Plak!
"Awssh, lo apa-apaan sih, Bang?" Sasa menatap abangnya dengan tajam sembari memegang pipinya yang terasa begitu panas.

Dean juga sangat terkejut, dia tak mengira bahwa Sasa seberani itu. Seorang Sasa di mata Dean adalah pribadi yang blak-blakan dan apa adanya. Tidak suka baik di depan namun buruk di belakang.

"Jaga mulut lo ya!"

Sasa tidak mengira tentang apa yang baru saja terjadi. Selama hidupnya bersama Satya, sudah dua kali ini dia merasa tersakiti oleh kakak kembarnya itu.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang