DD'day

90.4K 5.6K 1.1K
                                    

Satu bulan berlalu. Akhirnya, hari yang Dandi nantikan telah tiba. Sebenarnya dia sempat mogok makan, bahkan tak mau pulang ke rumah, saat tau jarak pernikahannya dengan pernikahan Salsa selang satu bulan. Padahal dia maunya satu Minggu setelahnya, tapi papa dan mamanya itu sungguh keras kepala.

"Anak gue gantengnya, Ya Gusti." Gavin berdecak kagum melihat betapa menawannya penampilan anaknya hari ini.

"Gue gak mirip lo, Pa. Gue mirip Kakek." Ucap Dandi sambil menatap pantulan dirinya dari cermin di depannya.

"Ya Kakek lo itu Bokap gue yaelah!" Gavin hampir saja mau menerkam putranya dari belakang. Ngeselin banget soalnya.

"Pa, setelah pernikahan ini, Dandi mau pindah. Dandi akan beli rumah Dandi sendiri."

"Hilih, dapat duit dari mana? Ngepet? Atau ternak tuyul?" Gavin ikut bercermin.

"Pa, plis lah ya, jangan bikin Dandi murka. Papa mau Dandi acak-acak? Mana ada ceritanya Dandi ternak tuyul? Apalagi ngepet. Dandi tuh sejak SMA sudah menyisakan uang jajan buat masa depan."

"Elu pikir Papa percaya?"

"Ngeselin nih orang tua." Dandi berjalan menuju samping tempat tidurnya dan membuka laci nakas. Dia keluarkan dompet hitam miliknya dan menunjukkan kartu kredit miliknya.

"Nih, Dandi punya kartu kredit. Cek aja berapa jumlahnya. Buat beli mahar emas satu ton juga dapat."

"Duit ngerampok?" Gavin masih belum bisa percaya akan hal yang baru diketahuinya ini.

"Keluar, Pa!" Dandi mengudap seluruh wajahnya dengan kedua tangannya.

"Anjir gue diusir." Gavin tak habis pikir. Anaknya ini tega padanya. "Tega kamu, Nak. Susah payah Papamu ini berjuang untuk membuatmu, susah payah Mamamu berjuang berdua dengan Papa. Susah payah kami berdua membuat dirimu dalam satu malam—" Ucap Gavin sedramatis mungkin.

"Cukup, Pa! Dandi gak minat dengarnya. Mending kita ke bawah."

[]

Juna menuntun Salsa berjalan ke dalam rumah Dandi. Sebenarnya mereka tidak berdua saja, tapi dengan yang lain, seperti Bayu, Raina, Candra, dan juga Dimas. Tapi biasalah, Bayu hanya mau berdua dulu dengan Raina. Sedangkan seperti yang kalian tau, sejak zaman purbakala, Candra sudah klop dengan pemuda yang bernama Dimas.

"Katanya Saras diundang juga ya?" Tanya Salsa saat dituntun oleh Juna memasuki pesta.

"Iya, waktu itu ketemu Dandi di kantor, terus mereka kenal. Ya kamu tau sendiri lah, kalau Saras itu orangnya mudah berbaur, jadi gak sampai lima menit, mereka udah akrab banget."

"Hm iya, kamu benar."

Selang beberapa menit kemudian, acara pun dimulai. Terdengar sangat riuh tepuk tangan saat Dinda dituntun oleh sang Ayah menuju altar pernikahan.

"Kamu cantik, Sayang." Ucap Dandi sembari menerima tangan calon istrinya dari calon papa mertuanya. Dinda tersipu malu mendengar penuturan Dandi. Tak lama, mereka berdua saling mengucap sumpah pocong. Eh anjir, janji pernikahan.

Dandi mendekatkan wajahnya pada wanita yang kini sah menjadi istrinya itu, "izinkan saya membahagiakanmu, babi." Dinda sempat tersenyum, namun tak lama setelahnya, senyum itu pudar digantikan dengan tatapan tajam mematikan.

"Maksudku baby." Ralat Dandi secepatnya. Namun Dinda masih saja menatapnya dengan tatapan seperti itu. Tak menunggu lama, Dandi menyambar bibir istrinya dengan sekali gerakan cepat. Dinda sangat kaget, namun sepersekian detik kemudian, dia juga membalas ciuman itu. Riuh tepuk tangan kembali terdengar saat dua mempelai itu memberikan tontonan romantis.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Where stories live. Discover now