Mau/Gak Mau

53K 3.2K 317
                                    

Ketika mentari sudah menghilang di ujung sana, barulah catur warga itu kembali ke penginapan. Sunset adalah dessert untuk mata mereka. "Sa, kamera Papi mana?" Tanya Juna saat mereka berjalan menuju mobil.

"Bentar, Pi. Mau lihat foto-fotoku dulu."

"Ya udah, Papi cuma nanya, kali aja ketinggalan. Nyesel ya udah banting hp? Gak bisa foto-foto kan lu? Uluhh luhhh kacian bingit." Ledek Juna langsung mendapat pukulan kecil dari Salsa di lengannya. Kalau mood Sasa anjlok lagi, Juna lah penyebabnya.

"Gak." Jawab Sasa singkat. Tuh kan tuh kan, Salsa mulai was-was. Dia lebih suka anak perempuannya ini banyak bicara daripada irit bicara.

"Mau Papi beliin lagi?" Tawar Juna setelahnya.

"Gak—maksa." Ucap Sasa dengan nada terpenggal.

"Mau, nggak? Kalau gak mau ya udah."

"Gak maksa, Pi! Denger gak sih?"

"Eh buset, sewot banget dah hahhahahhaha. Ya udah, kamu mau merk apa deh, ntar Papi beliin. Mau kapan? Sekarang? Yok lah berangkat." Juna merangkul pundak putrinya sambil berjalan.

"Terserah Papi aja, Sasa gak maksa. Mau tahun depan juga gak apa-apa, namanya juga gak maksa."

"Yeh emang kamu betah, satu tahun tanpa hp?"

"Aku kan punya tabungan sendiri, aku bisa beli."

"Tabungan buat apa memang?"

"Niatnya buat kuliah nanti, aku mau bayar sendiri."

"Pinter." Juna mengecup kening Sasa. "Kumpulin aja uangnya, hp nya biar Papi yang beliin. Setelah pulang dari Yogya ya?" Sasa mengangguk patuh.

[]

Malam yang lumayan dingin karena mendung, ditemani secangkir kopi untuk berdua, Salsa menyandarkan kepalanya pada dada suaminya, menatap jauh ke langit tanpa bintang.

"Juna, jangan keseringan bercandain Sasa ya, takutnya kamu salah ngomong terus diambil hati sama dia. Aku bener-bener angkat tangan kalau dia lagi badmood. Kalau Satya mah gampang dibujuknya."

"Tenang aja, Sasa kalau sama aku jinak kok. Aku kan pawangnya."

"Kenapa bisa gitu ya? Sasa lebih jinak sama kamu, dan Satya lebih jinak sama aku?"

Juna sedikit berpikir dan tak menemukan jawaban yang logis. "Ya udah sih, wajar kan, yang penting kita masih orang tuanya. Kalau anak kita jinak sama Dona, itu baru patut dipertanyakan."

"Sal, aku harap kamu gak lupa sama janji kamu." Juna mengingatkannya.

"Janji apa ya?"

"Tuh kan, tuh kan, nyebelin kan? Amnesia dadakan. Tadi kan kamu janji mau kasih aku jatah malam ini. Lupa?"

"Oh itu, ya udah sih nanti aja. Kan belum tidur?"

"Kalau gitu ayo tidur, aku gak sabar." Juna bangkit dan mengangkat tubuh istrinya, menggendongnya ala bridal style. Salsa mengalungkan kedua tangannya pada leher Juna. Dari sana Salsa bisa melihat pancaran mata suaminya yang mulai tertutup kabut gairah.

Sesampainya di kamar, Juna menurunkan Salsa di ranjang dan mulai menindihnya. Hampir saja Juna menikmati bibir Salsa jika istrinya itu tak menahan pergerakannya.

"Juna, kunci dulu pintunya!" Peringat Salsa.

"Lupa hehehe." Juna bangkit untuk mengunci pintu dan mulai menindih tubuh istrinya lagi.

"Kamu tidur aja, kali ini aku mau tanpa perlawanan." Ucapnya sambil mengecup bibir manis di depannya.

"Gimana aku bisa tidur, kalau kamu terus—ahssshh." Tiba-tiba tangan Juna sudah kemana-mana.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Where stories live. Discover now