Lembang 2 (Lebah Madu)

8.8K 1.3K 279
                                    

Setelah mendirikan tenda, Satya meminta Sasa untuk masuk. Dari tadi Sasa, Alana, dan Widya sengaja dipersilahkan untuk duduk diam, biar para lelaki saja yang mendirikan tenda. Para lelaki minus Satya sih. Satya lebih terlihat seperti mandor, kerjaannya cuma menyuruh ini, menyuruh itu. 

"Silahkan, Pak Mandor, diminum dulu," Alex memberikan sebotol air minum dingin kepada Satya yang duduk di bawah pohon. "Pasti capek banget ya gak sih, udah bangun dua tenda? Diminum dulu, Pak, jangan sungkan-sungkan," sambungnya sambil mengelus pipi Satya.

Satya tersenyum licik pada teman-temannya, "sindirannya oke juga nih para babu," ucapnya.

"Eh tai lu ya, berantem kita!" Langga berlari ke arah Satya, berhasil membuat mandor dadakan itu terjungkal karena Langga baru saja menjatuhkan tubuhnya tepat pada tubuh Satya.

"Ampun, Lang hahaha. Nanti gue yang bakar semua ikannya deh buat kalian, janji gue wahahaha," Satya terpingkal akibat gelitikan Langga pada lehernya. Titik tergeli Satya ada pada lehernya memang.

"Awas bohong lu!"

Tepat jam dua siang tadi mereka mulaibakar-bakar ikan. Dan benar saja, kali ini Satya menjadi manusia asap. Melawan kepulan asap, laki-laki itu sendirian membolak-balik dan mengipasi ikan sampai satu persatu matang.

Saat semua sibuk bernyanyi akibat genjrengan gitar milik Alex, Sasa menghampiri Abangnya di sana. "Ada yang bisa gue bantu gak?" Sasa duduk tepat di samping tempat Satya duduk.

Satya memandang Sasa di sebelahnya untuk sejenak, "udah mau selesai sih, gak usah deh. Lo kan gue suruh istirahat aja, jangan capek-capek. Udah di sana aja, kena asap lu, bau tau," usir Satya sambil mengipasi wajah adiknya itu.

"Gue boleh keliling gak?"

Satya melotot, "jangan aneh-aneh sih, mau bantuin gue aja gak boleh, malah minta keliling. Kalau lo capek gimana?"

"Anjir terus apa gunanya lo ngajak gue ke sini kalau kerjaan gue cuma lo suruh dieeeeem mulu. Bosen tau, Bang. Kalau gini sih, apa bedanya sama gue di rumah. Gue kan mau--"

"Iya iya iya, bawel banget sih. Ya udah sana, tapi jangan jauh-jauh! Jangan sendirian, minta temenin Alana sama Widya. Cepet balik!"

"Anjay... belum juga gue berangkat, banyak banget permintaannya."

"Jangan bawel, Sa. Lo tanggung jawab gue, di sini."

"Iyaaaa, Satya. Gue ke sana dulu, dah," Sasa melambaikan tangannya pada Satya, lalu mengajak dua sahabatnya untuk ikut keliling bersamanya.

***

Seorang laki-laki sedang memeluk erat tubuh seorang perempuan, keduanya sama-sama menangis. Di atas jembatan kayu, keduanya saling melepas rindu. Beberapa tahun lalu mereka berpisah begitu saja tanpa ada kata selamat tinggal, dan kini mereka dipertemukan kembali. Entah itu karena takdir, atau bagaimana. 

"Kakak masih sama seperti yang dulu kan, kak?"

Orang itu adalah Marteen. Marteen bergeming, dia memang masih orang yang sama, tapi jika membicarakan masa lalu, dia tau bahwa sekarang dia bukanlah Marteen yang dulu. Dulu Marteen untuk Kiara, tapi kini ada hati yang harus dijaga.

"Maaf, kak. Maaf karena Kiara pergi gitu aja setelah operasi. Bukan maksud Kiara untuk ninggalin kakak tanpa selamat tinggal. Kiara cuma gak mau lihat kakak nangis di depan Kiara. Kiara sayang sama kakak. Kiara harus pergi untuk sesaat. Kini Kiara sudah di sini, kak, Kiara ada lagi untuk kakak. Kiara masih sayaaaang banget sama kakak," Kiara, gadis itu memeluk Marteen lebih erat.

Marteen melepas pelukan Kiara pelan-pelan. Kiara menatapnya aneh, "kenapa, kak? Kakak udah gak sayang lagi sama Kiara?" tatapnya sendu, semakin membuat Marteen bingung, bimbang, dan ragu.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Where stories live. Discover now