SELAMAT TINGGAL

81.6K 4.8K 2.4K
                                    

Juna merasakan pikirannya tak bisa tenang. Apa yang semua rekan kerjanya katakan padanya, tak bisa masuk dalam pikirannya. Entah kenapa hanya Salsa, Salsa, dan Salsa yang ada dalam pikirannya.

"Pak Bos!"

"Pak Bos!"

"PAK BOS!" Sebuah tangan sengaja menggebrak meja yang ada di depan Juna. Dari tadi Saras melihat bosnya itu tak bisa konsentrasi, dia hanya melamun. Bahkan saat dia mencoba memanggilnya, bosnya itu sama sekali tak berpaling.

"Eh iya? Kenapa?" Juna menjawab dengan gelagapan.

"Pak Bos ini kenapa sih, dari tadi ngelamun mulu? Padahal kita lagi meeting loh."

"Ah ya ampun, iya maafkan saya, semuanya. Saya terus kepikiran dengan istri saya, entah kenapa? Perasaan saya gak enak." Juna lebih nampak seperti orang ketakutan sekarang.

"Ya sudah deh, mending Bos temuin dulu Salsa nya. Biar pikirannya tenang, terus bisa konsentrasi lagi." Juna mengangguk menyetujui saran sekertarisnya. Juna langsung ke luar ruangan dan menuju ruangannya.

Namun saat tiba di ruangannya, Salsa tak ada. Juna teringat perkataan istrinya bahwa dia ingin mengambil gambar di taman depan, Juna harus menyusulnya. Hatinya sama sekali tak bisa dikendalikan saat ini.

Ketika ingin memasuki lift, seorang karyawan menahan langkahnya. "Pak Juna, buru-buru mau ke mana, Pak?"

"Saya mau cari istri saya."

"Tadi saya naik lift bareng Bu Salsa, saya mau ke lantai teratas, tapi Bu Salsa masih terus naik, sepertinya ke roof top."

"Serius kamu? Terima kasih ya." Juna mengurungkan niatnya untuk turun, dia memencet tombol naik dan segera menemukan istrinya.

"Kamu ini aneh-aneh aja sih, Sal. Kamu hamil tua, tapi sempat-sempatnya naik ke atas sana." Juna berkata pada dirinya sendiri.

Mata Juna membulat sempurna ketika dia sampai dan melihat istrinya tergeletak, merintih kesakitan di bawah seseorang serba hitam.

Juna segera berlari dan menghantam orang itu dengan sekuat tenaganya. "BERANI-BERANINYA LO SENTUH ISTRI GUE ANJING!" Orang serba hitam itu terjerembab sembari mengaduh kesakitan di bagian tengkuknya. Juna memukulnya hingga terlampau keras.

"Juna hikss sakit." Salsa masih memegangi perutnya dan mencoba meraih Juna agar mendekapnya.

"Tolong, ini sakit hikss." Salsa sudah sangat lemah, bahkan untuk sekedar bicara sekali pun.

"Bertahan, Sal, aku akan bawa kamu ke rumah sakit." Sebelum Juna benar-benar membopong tubuh istrinya, sebuah pukulan keras juga mendarat di punggungnya, hingga Juna tergeletak di samping tubuh istrinya.

Orang serba hitam itu langsung mengambil kesempatan untuk menyeret Salsa hingga berdiri di sampingnya. Tangan kirinya digunakan untuk menahan leher Salsa, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah pisau tajam yang terarah pada perut besar Salsa.

"Kalau lo maju, lo lihat apa yang bisa gue lakuin untuk anak dan istri lo!" Benar saja, orang itu mengancam Juna sekarang. Salsa terus menerus memegang perutnya yang begitu sakit sambil menangis.

"Jangan sakiti mereka, gue mohon." Juna tampak memohon dan menghawatirkan keadaan istrinya, dia tau Salsa menahan sakit dari tadi. Juna ingin bergerak, tapi selalu teringat pada keselamatan istri dan anaknya.

"JANGAN IKUTIN GUE!" Orang itu bergerak menuntun Salsa masuk lift dan turun hingga ke lobi. Sebut Juna gila jika dia benar-benar mengikuti perkataan orang itu dan tak mengejar istrinya. Juna sedang mengikutinya sekarang.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang