GUUD BAI DONA

30K 2.9K 339
                                    

"Saras, ah ya ampun kangennya aku." Salsa berlari mendekati Saras, berlalu memeluknya.

"Aku juga, Sal. Ya ampun, dengar-dengar kamu hamil lagi ya? Wah jadi pengen juga."

"Minta sana sama Candra." Celetuk Juna.

"Ya iya lah, masa sama lu sih Pak Bos."

"Ras, makan yuk. Nanti aku ngajak Raina sama Dinda juga." Salsa menarik pergelangan tangan Saras secara tiba-tiba. Membuat Juna langsung kalang kabut menghentikannya.

"Loh loh gak bisa gitu dong, Yang. Aku butuh Saras." Juna melepas genggaman istrinya pada sekretarisnya.

"Butuh Saras, atau butuh aku?"

"Butuh kamu sih, tapi—"

"Kalau merasa masih butuh aku, aku pinjem Saras sebentar aja. Kangen pengen ngumpul sama temen-temen. Sebentar kok, paling satu jam-an. Masa gak boleh?"

"Iya boleh sih. Janji ya, cuma satu jam? Nanti sekitar jam sebelas-an ada meeting."

"Oke, Sayang." Salsa mengecup pipi Juna yang terlihat menggemaskan di matanya. Pipi Juna seketika bersemu merah. Ah lucu sekali, batin Salsa.

[]

Kini Salsa, Saras, Raina, dan Dinda ada di sebuah kafe klasik. Alunan musik-musik lama, serta obrolan kecil mereka, terdengar begitu klop.

"Eh iya, istrinya Paiman kayak kurang akrab gitu gak sih, sama kita? Pengen ngerangkul, tapi takut dikata sok asik." Ucap Raina, sesaat setelah meminum minumannya.

"Gue aja lupa namanya siapa. Ada yang ingat?" Jawab Dinda.

"Rebecca, bukan? Gak tau sih, lupa juga gue." Ucap Salsa menimpali.

"Tapi nih ya, kita berempat masih sahabatan, masa istrinya Dimas ditinggal gitu aja. Nanti Dimas mikir apa soal kita? Mentang-mentang dari luar negeri, gak kita ajak gabung." Kini Saras yang bersuara.

"Ya gak gitu, Saras. Bukannya kita gak ngajak gabung. Lah wong saat kumpul-kumpul di rumah Salsa aja, Dimas gak ngajak istrinya. Mana bisa kita kenal?" Benar juga apa yang dikatakan Raina. Memang dalam setiap pertemuan, sekedar untuk berkumpul, Dimas hanya datang sendiri, tanpa membawa istrinya.

"Minta Dimas aja, kalau kita kumpul, suruh bawa istrinya. Gue juga mau kenal kali. Hitung-hitung melatih skill Bahasa Spanyol gue." Usul dari Dinda.

"Lah lo belajar Bahasa Spanyol?"

"Iya nih, gabut gue. Bahasa Inggris udah bisa, Mandarin sedikit paham, Korea lumayan, nah Spanyol baru belajar beberapa bulan lalu."

"Coba, perkenalan dong." Pinta Saras, penasaran dengan apa yang dinamakan skill menurut Dinda.

"Hola, mi nombre es Dinda. Soy hermosa. Más hermosa que todos ustedes." Dengan lidah sedikit berbelit-belit, Dinda berhasil memukau ketiga sahabatnya.

"Anjay." Salsa terpukau.
"Gila sih." Begitupun Raina.
"Keren, Din. Artinya apa?" Giliran Saras bertanya.

"Halo nama saya Dinda. Saya cantik. Lebih cantik dari kalian semua. Hahahaha."

"Asem! Mana ada, gue paling cantik lah." Raina terlihat tidak terima.

"Gak usah rebutan, jelas-jelas di sini aku yang paling cantik." Saras menyibak rambutnya dengan gerakan seksi.

"Bonita de Hong Kong?"

"Apa sih, Din. Jangan mentang-mentang bisa bahasa lain ya, lo ngomong seenaknya tanpa kita tau artinya. Lo ngomong buruk kan?"

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora