Teror

76.5K 4.9K 538
                                    

Tak dirasa, usia kandungan salsa kini memasuki bulan ke enam, Juna semakin membutuhkan tenaga ekstra. Pasalnya, Salsa selalu saja ingin ini ingin itu tanpa bisa dibantah. Tanpa penolakan pokoknya. Selain itu, Juna juga perlu ekstra hati-hati, karena Salsa sensitif sekali terhadap apa pun, bahkan hanya dari setiap ucapan yang keluar dari mulut orang lain, apalagi Juna.

"Juna, kalau misalnya anakku perempuan mau kamu kasih nama apa ya?" Tanya Salsa sembari mengunyah makanannya di meja makan.

"Kakimu bisa diem gak?" Juna malah melirik bagian bawah meja, di sana kaki Salsa sama sekali tak bisa diam. Akhirnya, Salsa menghentikan gerakannya yang dia buat dari tadi, sampai Juna risih sendiri.

"Nama apa?" Tanya Salsa lagi.

"Inem? Juleha? Ngatemi juga boleh, terserah sih." Ucap Juna sambil mengangkat bahunya acuh.

"AKU GAK LAGI BERCANDA!" Salsa tersulut emosi dan hampir saja menggebrak meja makan, tapi dia urungkan. Dia hanya menggenggam sendok dan garpu dengan erat di atas meja, tanda bahwa dia sedang kesal.

Juna malah tertawa keras melihat betapa lucunya istrinya pagi ini. "Ya itu sudah bagus, Yang. Kalau gak mau ya kamu pikir aja sendiri kan bisa, gak perlu marah-marah gitu hehe peace."

"Gak usah ngomong sama aku lagi. Satu hari aja, aku males." Salsa bangkit berdiri setelah makanan di piringnya tersisa setengah.

"Halah, lihat aja. Ntar juga ndusel-ndusel sendiri."

Di kantor, setelah meeting, Juna meminta bantuan pada Saras untuk dipesankan go food, karena ini sudah jam makan siang, dan Juna malas makan di luar. Bahkan sampai makanan datang, Juna tetap malas mengambilnya ke bawah. Alhasil, Saras yang harus ke lobi untuk mengambil makanannya.

Sesaat setelah Saras menekan tombol, seorang laki-laki mengulurkan tangannya ke pintu lift yang hampir tertutup. Awalnya Saras terkejut.

"Lah, ini Kamboja?" Saras mengerutkan keningnya saat seseorang yang tak dikenalinya itu terlihat membuka pembicaraan dengannya.

"Maaf, anda salah orang, Pak." Saras memalingkan wajahnya dari laki-laki itu, tapi laki-laki itu terus mencari wajahnya.

"Astaga sumpah ini Mbak Kamboja. Gak nyangka kita ketemu di sini. Mbak kerja di sini ternyata." Ucapan laki-laki itu tak digubris sama sekali oleh Saras.

"Halo? Saya ngomong loh ini Mbak? Mbak nya budek? Eh bego, gak boleh kasar sama cewek." Laki-laki itu kini terlihat sedang memukul pelan mulutnya sendiri. Melihat itu, Saras jadi tak kuat menahan tawanya.

"Kenapa ketawa Mbak? Ada yang lucu?" Lagi-lagi laki-laki itu merasa terabaikan. Sampai pintu lift terbuka, barulah Saras meninggalkan laki-laki itu. Tapi yang ada, laki-laki tidak jelas itu membuntutinya hingga ke ruangan bosnya.

"Bos, tolong. Saya gak kenal sama dia, tapi dia terus membuntuti saya." Saras berdiri di belakang kursi kebesaran seorang Arjuna Megantara.

"Lo apain sekertaris gue, Can?" Juna berbicara dengan laki-laki itu.

"Gak gue apa-apain. Gue cuma mau mastiin aja, dia orang yang pernah gue temuin apa bukan? Dianya salah paham."

"Dia Candra, gak usah takut, udah jinak." Ucap Juna, lalu Saras berjalan mendekati Candra yang terus memperhatikan gerak-geriknya.

"Maaf ya, saya pikir anda orang jahat hehe." Saras tersenyum manis pada Candra.

"Gak apa-apa. Oh ya, tentang pertanyaan saya yang tadi. Mbak nya ini Mbak Kamboja kan?" Candra terus mengulangi kata-katanya.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Where stories live. Discover now