Gatau Judulnya Apaan, Baca Aja-

10.5K 1.1K 97
                                    

Selesai sarapan bersama, mereka membantu tuan rumah untuk membereskan semuanya. Sementara itu, Sasa sudah siap dengan tas ransel di sisi kiri bahunya dan bersiap menyalami Juna dan Salsa. "Pa, Ma, Sasa berangkat dulu, dahhh," ucapnya sembari mencium pipi kedua orang tuanya. 

Tangannya dicekal oleh Satya, "gue belum siap, lo kan bareng gue," ucapnya.

"Hari ini gue sama temen gue, dia udah di depan. Nanti gue tunggu ya pulang sekolah, jangan telat lagi, atau gue bakal digodain sama cowok-cowok itu lagi, emang lo mau?"

Satya menggeleng cepat, dia adalah orang paling tidak terima jika adiknya disakiti laki-laki lain. "Gue janji, gue bakal tepat waktu. Can I hug you?" Satya merentangkan tangannya.

"Gak bisa, gue udah ditunggu sama temen gue, see you," Sasa meninggalkannya begitu saja.

Satya menghela napas, sedikit kesal karena Sasa mengabaikannya. Setelah itu dia kembali di tengah-tengah mereka semua yang masih sibuk beres-beres. "Ada yang bisa aku bantu gak?" tawarnya.

"Gak ada, Sayang, kamu siap-siap aja ke sekolah," sahut Salsa. 

"Sal, udah beres semua nih. Makasih banyak ya untuk jamuannya, kita seneng banget bisa reuni kecil-kecilan kayak gini. Next di rumah gue ya," ucap Dinda.

"Iya, gue juga makasih banyak udah dibantu beres-beresnya. Seneng juga bisa menjamu kalian di gubuk kami ini," ucap Salsa sambil memeluk tubuh suaminya dari samping.

"Mana ada gubuk kamar mandinya dimana-mana?" sahut Dandi asal.

"Kalau begitu, kami pamit pulang dulu ya, Jun, Sal. Sekali lagi makasih banget," ucap Raina.

"Oh iya, hati-hati ya kalian."

***

Di sekolah, Alana dibuat kesal sekali karena Langga terus menerus mengganggunya. Dimana pun itu, bahkan sekarang di kantin. Langga hobi sekali membuat Alana darah tinggi.

"Al, beda loh rasanya disuapin sama makan sendiri. Mau gue suapin gak?"

"Gak perlu! Tangan gue masih berfungsi dengan baik. Ntar aja kalo tangan gue patah atau buntung, tolong suapin," jawab Alana.

"Ngomongnya yang baik-baik aja lah. Pakai bawa-bawa patah lah, buntung lah. Lagian mana bisa sih gue lihat bidadari cacat? Gue lebih rela kalau gue yang cacat daripada lo."

"Huekk, mau muntah gue dengernya," Alana geli sekali mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Langga.

"Anjay lo hamil? Padahal kan gue pake pengaman waktu itu," muka Langga syok, tapi dibuat-buat.

Mendengar hal itu, darah Alana seakan-akan berhenti di ujung otak, tempat tertinggi pada tubuh manusia. Ya mungkin seperti itu logika orang darah tinggi. Canda tinggi.

"LANGGA!!!"

"Iya, Bunda," sahut Langga.

"Bisa gak sih, jadi orang itu jangan nyebelin! Sekali lagi lo ngomongin hal yang sama sekali gak berguna, gue banting lo lama-lama!"

"Oke, Bund."

"ADUH GUSTIIIIII, ADA YANG ORANG KAYAK LO?! GUE MAU PINDAH SEKOLAH AJALAH ANYING! MATI MUDA GUE DI SINI."

Alana pergi meninggalkan kantin, meninggalkan Langga dan makanan yang sudah dia bayar, namun belum sempat dia makan.

Tak disangka Langga akan mengejarnya. Langkah mereka berdua kini sejajar, dan Langga terus saja mengusik Alana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Where stories live. Discover now