Satya vs Everybody

8.7K 1.4K 271
                                    

Satya menuntun adiknya keluar dari mobil Juna. Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Sasa protes mau pulang, padahal masih ada dua hari perawatan dan satu hari lagi untuk pemulihan. Tapi karena sangat keras kepala, Sasa terus demo kepada suster dan dokter yang masuk ke ruangannya untuk meminta dipulangkan.

"Mau ke kamar aja, atau gimana?" tanya Satya.

"Ruang tengah aja. Gue males naik."

"Gue gendong kalau males naik tangga."

"Yang ada nanti gue sama lo gelinding-gelinding dari atas. Tubuh masih sakit aja sok-sok an mau gendong gue. For your information, bobot gue 60, dan lo cuma 52. Ish ish ish, itu orang apa bambu runcing sih?"

"Anjir gua diroasting."

Salsa baru saja masuk, tanpa menghampiri kedua anaknya di ruang tengah, dia langsung bergegas menuju dapur untuk memasak. Melihat itu sebenarnya Sasa tidak terima. Sasa tau, selama di rumah sakit, Salsa kurang istirahat. Sempat dia meminta Juna untuk mengantar Salsa pulang saja, tapi ibu hamil itu menolak. Keras kepala sekali. Demi kesejahteraan bersama, maka dari itu dia demo habis-habisan pada dokter dan suster untuk pulang. Dengan demikian, Salsa juga pulang dan segera istirahat.

"Bilangin dia, gak usah masak. Gue gak lapar," Sasa merebahkan tubuhnya di atas sofa.

"Dia siapa? Mama? Sopan dikit elah," Satya duduk di pinggiran sofa.

"Sopan loh itu. Bilangin Salsa, gak usah masak. Itu baru gak sopan," Sasa tetap ngeles.

"Terserah lu sih. Bentar gue ke dapur dulu, jangan keluyuran sendiri. Kalo ada apa-apa teriak aja, gue pasti dateng."

***

Sasa terlelap untuk beberapa menit, setelah Satya meninggalkannya. Dia terbangun saat Satya menepuk-nepuk pipinya. Sepiring nasi, segelas teh hangat, dan semangkuk kuah sop daging, dibawa Satya. Sasa mengucek matanya dan bergegas bangun dengan bantuan Satya. Ia yakin, Salsa tetap memasak walau Sasa mengatakan jangan.

"Makan, hargain masakan Mama ya? Gue suapin, sini duduk dulu!" Satya meletakkan nampannya di atas meja, lalu membantu Sasa membenarkan posisinya.

"Mami mana?"

"Ada, gue suruh istirahat."

"Kenapa bukan dia yang nganter makanannya?" sejujurnya, Sasa kecewa. Kenapa bukan Salsa yang mengantar makanan untuknya.

"Mama takut lo gak mau makan, kalau dia yang nganter. Sejak di rumah sakit, Mama masih ngerasa lo belum mau ngomong sama dia. Ya udah, Mama maklum. Dia ngalah, yang penting lo sembuh dulu."

Suap demi suap masuk ke dalam mulut Sasa, walau kadang Sasa kesulitan menelan. Tak lama, Juna datang menghampiri mereka di ruang tengah. "Mau ke kamar aja? Papi gendong mau?" Juna duduk di sebelah Sasa sembari mengelus lembut surai rambut anaknya itu.

"Papi besok kerja?" tiba-tiba saja Sasa bertanya.

"Harusnya. Tapi kalau kamu mau Papi di rumah aja, it's okay, Papi libur aja."

"Gak usah, Papi kerja aja, aku cuma basa-basi tadi. Satya juga, besok kalau waktunya sekolah, sekolah aja."

"Sasa mau ke kamar, Pi," Sasa meminta Juna untuk membawanya ke kamar.

Satya ke dapur untuk mencuci piring kotor bekas makan tadi, lalu menyusul mereka ke kamar adiknya. Sebelum itu, dia berpapasan dengan mamanya di ruang tengah. "Mama mau kemana?"

"Piring kotornya sudah? Biar Mama bersihin."

"Mama istirahat aja. Piring, gelas, mangkuk, sama nampannya sudah Satya cuci bersih," Satya tersenyum pada Salsa. "Ma, besok Papa kerja, Satya sekolah, Mama ajak Sasa bicara baik-baik ya. Sasa sayang sama Mama, Mama jangan terlalu jauh dari Sasa. Dia itu gengsi, kalau Mama takut-takut gini, kalian akan semakin jauh. Los aja lah, Ma. Satya juga punya salah sama Sasa, tapi Satya gak ragu untuk minta maaf dan dekat dia lagi. Semakin Sasa dihindari itu gak baik. Gak usah peduli gimana respon dia gimana nantinya, itu urusan belakang. Yang penting niat Mama untuk peluk dia lagi," Satya memeluk Salsa.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang