3

6.4K 452 0
                                    

"Cinta itu sederhana, jika kamu tidak mampu membuatnya tertawa, cukup tidak membuatnya terluka."

♡♡

Keesokan paginya, Zanetha melamun sambil meminum susu hangatnya. "Gimana cara gue bilang ke Sergio kalo gue berangkat sama si cowok aneh itu?" ucap Zanetha bermonolog. Ia menghela nafas gusar.

Lalu, Bunda Ester menghampiri Zanetha dan duduk disampingnya. Sambil tersenyum ia bertanya, "Kenapa Za? Apa yang lagi kamu pikirin?".

"Kenapa Zanetha harus dijodohin? Kenapa aku gak boleh punya pilihan sendiri? Aku cuma mau Sergio, Bun. Aku gak mau Ravael atau cowok lain, mereka bukan tipe aku!"

"Karena bunda sama papa sayangg banget sama kamu.. Mungkin sekarang kamu masih belom ngerti alesan di balik keputusan ini," jawab Bunda Ester kemudian. Ia melanjutkan, "Perjodohan ini udah direncanain sebelom kamu lahir. Karena papa dan Om Adam itu bersahabat dari SMP."

Zanetha menunjukkan ekspresi putus asanya. "Bun, tapi aku beneran gak bisa pisah sama Sergio.. Kalian gak suka Sergio karena beda agama?"

"Itu salah satunya, tapi dia juga pernah teriak - teriak bentak kamu kan? Bahkan pernah jambak rambut kamu loh," ucap Bunda.

"Bundaa, itu kan karena dia lagi kebawa emosi. Aku aja udah maafin Sergio kok, bunda harusnya-"

"Kamu itu belom punya banyak pengalaman. Kita lihat aja nanti Sergio akan bertindak sejauh apa," potong Bunda Ester. Ia hanya ingin yang terbaik untuk putrinya, itu saja. Mungkin Zanetha menganggap ini semua tidak adil, orang tuanya jahat, dan semacamnya.

Tinn..! Tiinn..!

Bunda Ester dengan semangat menggandeng Zanetha keluar untuk menemui pria tampan, Ravael Putra. Wah, memang dia calon menantu idaman! 

Tetapi ternyata Ravael tidak keluar mobil dan hanya Mang Awan yang melambaikan tangan dan membukakan pintu untuk Zanetha. Memang laki - laki itu sepertinya tidak memiliki etika, padahal dari keluarga kaya raya.

Zanetha menghela nafas berat lalu berjalan dengan rasa malas masuk ke dalam mobil Ravael yang sangat mewah. Sebelumnya Zanetha tidak pernah merasakan berada di dalam mobil Range Rover Sport 3.0 yang sangat keren.

Ketika Zanetha hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil, Ravael langsung berkata, "Sepatu lo bersih? Kalo kotor, copot dulu sebelom masuk." Zanetha mendengus kesal dan mengangkat sepatunya ke wajah Ravael untuk menunjukkan bahwa alas sepatunya bersih.

"Silahkan masuk," ucap Mang Awan dengan ramah.

"Gue harus ngomong apa dong? Masa diem - dieman kayak gini?" pikir Zanetha setelah lima menit perjalanan dan suasana sangat hening.

Ravael tidak memedulikan kehadiran Zanetha sejak tadi. Ia hanya sibuk bermain ponselnya dan mendengarkan musik dari radio.

"Lo terima perjodohannya?" tanya Zanetha tiba - tiba. Ia sebenarnya merasa malu dan sangat canggung, tetapi mungkin tidak ada salahnya mencoba akrab dengan Ravael.

Ravael hanya menggeleng. "Lo anak kelas 12 juga kan? Kok kita gak pernah ketemu ya? Apa lo sering bolos sekolah?" tanya Zanetha kembali dengan rasa penasaran.

"Gue gak suka ada orang yang berisik di dalem mobil," jawab Ravael ketus.

"Maksudnya gue? Ih, gue tuh cuma mau kenalan doang! Ya udah kalo gak mau kenalan, gak usah ketus kayak gitu ngomongnya," sahut Zanetha terbawa emosi.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt