47

4.8K 338 49
                                    

"Akan ada saatnya kita sama - sama menyesal. Telah sia - siakan orang yang tulus adalah sesalmu, telah melakukan hal yang bodoh untukmu adalah sesalku."

♡♡

"Minum ini dulu, Tante. Jangan sampe sakit," ucap Ravael dengan penuh perhatian. Ia memberikan Ester segelas teh hangat untuk memberi ketenangan.

"Makasih sayang. Kamu panggil saya bunda aja, jangan panggil tante," jawab Livia sambil tersenyum.

"I-iya bunda,"

Saat ini Livia sedang menjemput Adam untuk datang kesana, tetapi Ravael memilih tetap di rumah sakit menemani Ester.

Ravael menggenggam tangan Ester erat. "Bun, aku minta maaf setulus - tulusnya. Aku tau salah, tapi aku terlalu takut akan nyakitin Zanetha nantinya. Dia berjuang banyak buat aku, tapi aku malah sia- siain. Tolong banget maafin aku bunda,"

Tiba - tiba keluarlah Dokter Hito dari ruangan Zanetha dirawat. Entah mengapa terlihat dari wajahnya sedikit cemas. 

"Dokter! Gimana Zanetha? Apa dia udah siuman? Dokter, tolong anak saya," ucap Ester lirih.

Dokter Hito tersenyum. "Zanetha baru saja siuman, dan dia-"

"Bunda, aku boleh masuk ke dalem? Aku harus ketemu Zanetha dan minta maaf ke dia. Ini semua juga gara - gara aku," sela Ravael.

"Saat ini Zanetha belum bisa dijenguk karena-"

"Saya harus ketemu dia. Tolong dokter, satu menit juga cukup."

Dokter Hito akhirnya mengangguk setuju, ia mengerti sekali perasaan Ravael saat ini. "Baik, tapi Zanetha belum bisa banyak bergerak dan jangan bikin dia stress atau emosi."

Tanpa basa - basi, langsung Ravael berlari masuk ke dalam ruangan Zanetha. Disanalah gadis malang itu, terbaring lemah di atas tempat tidur. Wajahnya sangat pucat pasi, sudah tidak ceria seperti biasanya.

Ravael menatap gadis itu dan spontan air matanya menetes begitu saja tanpa seizinnya. Zanetha, gadis yang memberikan seluruh perjuangan dan usahanya untuk Ravael, tetapi mengapa Ravael begitu bodohnya sampai mengakibatkan Zanetha menjadi seperti ini? Walaupun memang ini bukan sepenuhnya salah Ravael.

"Gue gak tau bisa ngomong apa lagi selain maaf, Za. Gue gak tau lo sakit dan ternyata lemah kayak gini. Gue tau gue salah, gue gak seharusnya biarin lo tadi-"

"Gakpapa. Gue ngerti, gue gak pernah benci lo." Zanetha mencoba tersenyum pada Ravael dengan segala usahanya. Hampir seluruh tubuhnya terasa sakit.

Kemudian Ravael mengusap lengan Zanetha dengan lembut. "Lo tau harus operasi? Itu satu - satunya cara biar lo sembuh,"

"Gue udah dikasih tau dokternya tadi, tapi gue takut. Gue gak berani operasi kayak gitu, ini pertama kalinya juga gue masuk rumah sakit," sahut Zanetha dengan memelas.

"Jangan takut, Zanetha, gue tau lo kuat. Lo mau sembuh kan?"

"Kalo nanti ternyata gue masih gak bisa sembuh gimana? Gue takut banget sama pisau operasi," ucap Zanetha. Suaranya begitu lemah dan serak, ia sebenarnya agak sulit untuk bicara.

Ravael memeluk Zanetha dengan sepenuh hatinya. Ia akhirnya bisa memeluk gadis itu dan memberikan rasa aman untuknya. "Gue ada disini, jangan takut. Bunda juga udah nunggu lo di depan,"

Jantung Zanetha langsung berdebar hebat. Ia mendongak dan menatap kedua mata Ravael yang menenangkan dan nyaman dipandang. "L-lo kok mendadak jadi kayak gini? Sejak kapan?"

Cup!

Tanpa izin, Ravael langsung mencium pelan pipi kanan Zanetha bersamaan dengan air matanya yang mengalir. "Maaf gue terlambat, Za," bisiknya dengan lembut.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now