7

4.6K 327 12
                                    

"Rasa bersalah tidak akan ada ketika tindakan dilakukan untuk alasan yang benar."

♡♡

Sepulang sekolah, Mang Awan menghampiri Ravael dan langsung menunduk seperti merasa bersalah. Ravael dengan bingung menatap sikap Mang Awan. "Kenapa? Mang Awan, ada apa?" tanya Ravael.

"Handphone saya rusak karena gak sengaja kena air tadi, sepertinya mulai besok-"

"Di rumah ada HT punya papa, sementara pake itu dulu sekalian Mang Awan benerin ke mall," potong Ravael. Sebenarnya bisa saja ia langsung belikan Mang Awan ponsel baru, tetapi ia tahu pasti Mang Awan akan menolaknya.

Lalu Mang Awan celingak - celinguk melihat ke sekitar sekolah seperti mencari seseorang. Kemudian Ravael kembali bertanya, "Nyari apa?"

"Nona Zanetha ada dimana? Bukannya kalian harus pergi date hari ini?"

Panjang umur, entah darimana tiba - tiba Zanetha muncul dari belakang mereka dan menyapa mereka berdua dengan singkat. Zanetha benci perjodohan ini, tetapi tidak ada cara untuk melarikan diri.

Zanetha memandangi wajah Ravael. "Apa liat - liat?" tanya Ravael dengan sinis.

"Udah ada rencana kita mau date ke mana? Jangan aneh - aneh yaa,"

"Rewel," ucap Ravael, kemudian masuk ke dalam mobil di kursi belakang. Tetapi Mang Awan dan Zanetha hanya diam mematung di depan mobil tanpa mengucapkan apapun. Apa yang mereka lakukan? Apa yang mereka tunggu?

Ravael keluar dari mobil dan kemudian bertanya, "Mau disini sampe kapan?"

"Lo duduk di depan, kan lo yang nyetir," jawab Zanetha dengan santai tetapi Ravael malah bingung mendengarnya.

"Mang Awan gak boleh anter kalian. Kata Pak Adam, pokoknya kalian cuma boleh pergi berdua. Maaf Ravael," tambah Mang Awan lagi.

"Hah? Maksudnya?" tanya Ravael. Ia masih tidak mengerti yang dimaksud mereka, Ravael itu jarang sekali menyetir mobil karena ia selalu memiliki Mang Awan di sisinya.

Zanetha menghela nafas berat lalu menarik lengan Ravael dengan kasar masuk ke dalam mobil di kursi pengemudi. Ravael yang masih bingung hanya menurutinya.

Lalu Zanetha berpamitan dengan Mang Awan dan masuk ke dalam mobil duduk di samping Ravael. "Lo bisa nyetir kan? Gue gak mau mati muda," ucap Zanetha.

"Kenapa gak lo yang nyetir?" tanya Ravael. Ia tidak biasa memegang setir mobil karena terlalu sering dilayani dan hidup serba enak. Untungnya ia sempat diajari menyetir oleh Mang Awan sekitar dua tahun lalu.

"Gue? Ini kan mobil lo, berarti gue tamu alias ratu disini! Cepet ayo berangkat kemanapun tujuan lo deh," jawab Zanetha tidak mau kalah.

Dengan terpaksa Ravael menuruti kemauan gadis ini agar urusannya tidak semakin rumit. Lagian menyetir juga bukan hal yang buruk atau sulit.

Mereka sibuk dengan pikiran masing - masing dan membiarkan musik dari radio mengisi kekosongan di mobil itu. Begitulah resiko jika berpacaran dengan pria dingin, cuek, jaim, ketus, ya pasti suasana canggung seperti ini sering terjadi.

Ravael menoleh pada Zanetha beberapa kali. "Lo percaya sama gue?" tanya Ravael tiba - tiba.

"Maksudnya?" 

"Lo kayaknya percaya banget sama gue, padahal lo gak tau mau dibawa kemana,"

"Emangnya lo ada niat jahat? Lo mau macem - macemin gue ya? Sebelom lo ngedeketin gue, muka lo udah keburu babak belur kali!" ancam Zanetha. Ia sendiri bahkan tidak tahu mengapa rasanya tenang dan aman walaupun ia masih tidak kenal Ravael sepenuhnya.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now