11

4.3K 300 12
                                    

"Terimakasih untuk bahagia yang kau ciptakan. Kini aku merindukan semua yang kau berikan. Aku kehilangan, itu saja."

♡♡

Akhirnya Zanetha, Ravael, dan Mang Awan pun tiba di rumah. Mereka berdua langsung disambut hangat oleh Citra. 

Dengan lembut Citra berkata, "Wah, akhirnya kalian pulang.. Mau langsung makan siang? Saya sudah sediakan-"

"Gue capek, mau ke kamar aja," potong Ravael sambil melempar tas sekolahnya dan naik ke kamarnya.

"Dia emang kelakuannya kayak gitu ya? Gak ada sopan santunnya sama orang yang lebih dewasa," tanya Zanetha sinis.

Citra terkekeh. "Sudah biasa kok. Non mau makan sekarang?" lalu Zanetha mengangguk semangat. "Mau! Kebetulan aku udah laper juga,"

Zanetha mulai menyantap makanan di hadapannya dengan semangat, meskipun ia masih sedikit memikirkan Ravael yang bertengkar tadi. Apakah ia perlu menceritakannya pada Citra? Apa lebih baik tidak usah ya?

"Non Zanetha lagi mikirin apa? Kelihatannya suntuk banget," ujar Citra sambil menuangkan air putih dingin untuk Zanetha.

"Aku cuma agak khawatir sama Ravael," 

"Memangnya Pak Ravael kenapa? Kok harus dikhawatirin? Ada yang bisa saya bantu?" 

"Eh-gak perlu! Gak terjadi apa - apa kok, lupain aja."

Drrtt.. Drrtt...

Zanetha langsung mengangkat ponselnya yang bergetar. 

"Halo sayang? Wah, bunda kangen banget sama kamu! Apa kabar kamu disana? Udah nyaman belom di rumah Ravael?"

Zanetha tersenyum lebar. "Bunda! Cepet pulang dong, aku kangen ketemu kaliaann.."

"Tenang ajaa, kita akan pulang kok segera. Kamu sama Ravael udah makin deket belom? Cerita dong ke bunda,"

"Deket apanya? Dia aja kayaknya gak peduliin kehadiran Zanetha," jawab Zanetha kasar.

"Kok kamu begitu ngomongnya? Kamu makanya harus-"

"Bunda, aku mau makan dulu ya.. Lanjut nanti aja ngobrolnya, byee!" lalu dengan cepat Zanetha memutuskan telepon mereka. Ia sedang tidak ingin membicarakan Ravael saat ini.

Tidak lama kemudian, Mang Awan datang menghampiri Zanetha yang sedang melanjutkan makannya. "Permisi maaf mengganggu, Non Zanetha ada tamu yang ingin bertemu."

Zanetha melirik ke arah pintu dengan kebingungan. "Tamu? Maksudnya dia mau ketemu saya? Emangnya siapa?" tanya Zanetha.

"Saya kurang tahu. Perlu saya suruh masuk atau saya usir saja?"

"Biar saya aja yang keluar, Mang,"jawab Zanetha dengan lembut. Lalu ia beranjak dari tempat duduknya.

Ternyata itu adalah Sergio. Zanetha diam membeku di ambang pintu ketika melihat wajah Sergio yang siap menerkamnya. "Mampus," pikirnya.

Zanetha berjalan perlahan mendekati Sergio. Ia berusaha tetap tenang dan menebarkan senyumnya.

"Kamu kok bisa disini, sayang? Kamu tau darimana kalo-"

"Aku dikasih tahu sama Tiara. Kenapa? Kamu kaget?" potong Sergio dengan amarahnya yang mulai terlihat.

Kemudian Zanetha memegang lengan Sergio untuk menenangkannya. "Aku baru aja mau jelasin ini ke kamu, Sergio. Maaf aku belom nemu waktu yang tepat dari kemaren,"

"Sejak kapan kamu tinggal disini? Ada hubungan apa kamu sama laki - laki pemilik rumah ini?! Kenapa kamu gak izin sama aku dulu? Apa segitu susahnya kamu untuk kabarin aku? Atau ternyata emang kamu selingkuh??!" Sergio mengeluarkan pertanyaan bertubi - tubi yang membuat Zanetha mulai takut.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu