15

4.4K 303 6
                                    

"Sekali saja balik gelasmu, biar aku mengisinya dengan rasa rindu, cinta, bahkan benci. Biarlah aku memiliki rasa untukmu, meski entah yang mana."

♡♡

Ketika jam istirahat, Zanetha terpaksa tidak ke kantin karena diperintahkan untuk mengambil 20 buku kamus untuk pelajaran Bahasa Inggris setelah ini. Untunglah ada Audy yang menemaninya dan membantu membawakan bukunya.

Zanetha membuka pintu perpustakaan dengan kasar. "Ah, padahal kan gue laper tapi malah dijadiin babu! Kenapa sih harus gue mulu?"

"Karena lo anak kesayangannyaa," jawab Audy sambil tertawa kecil.

"Anak kesayangan? Yang ada mah karena dia benci gue makanya gak mau liat gue bahagia dikit,"

Mereka berdua pun menuju rak yang berisi banyak kamus bahasa, dan mulai mengumpulkan kamus Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris. "Duh berat juga ya," keluh Zanetha saat sudah ada delapan kamus tebal di tangannya.

Tiba - tiba muncullah Ravael yang seperti jelangkung itu di samping Zanetha. "Bisa minggir?" ucapnya dengan wajah serius.

"Gak bisa ngomong lebih sopan? Permisi atau ada kata ''tolong'nya gitu," sahut Zanetha tidak mau kalah. Audy menarik lengan Zanetha agar menjauh dari Ravael.

Ravael mengangkat sebelah alisnya. "Lo ngomong sama gue?"

"Ya ada siapa lagi selain lo disini? Masa gue ngomong sama rak buku?" dan dengan santainya Ravael menunjuk Audy yang berdiri di belakang Zanetha.

Zanetha mengelus dadanya mencoba bersabar. "Woi, mending lo bantu kita bawa kamus - kamus ini. Kan lo cowok pasti lebih kuat dari kita yang cewek," ucap Zanetha lagi.

"Gak usah Za, gue bisa bantu lo bawa kok," bisik Audy takut. Ia juga mengakui ketampanan Ravael tetapi ia tidak berani untuk mencari masalah atau keributan.

"Kok diem aja?" tanya Zanetha lagi pada Ravael.

Ravael mengacuhkan Zanetha dan langsung mengambil buku yang hendak ia pinjam untuk sesuatu. Tetapi karena letak buku itu berada di belakang Zanetha, Ravael pun terpaksa harus mendekat pada Zanetha.

Zanetha hanya diam memandang wajah Ravael secara dekat. Jantungnya berdegup kencang dan nafasnya tidak teratur. "Astaga gue kenapa jadi kayak gini sih? Kenapa deg - degan banget ya?" gumam Zanetha.

Agar tidak terlalu canggung, Zanetha akhirnya mendorong tubuh Ravael. "Lo ngapain sih? Gak usah deket - deket gue!" ujar Zanetha dengan nada meninggi.

"Gue cuma mau ambil buku, gak boleh?"

"Ehm bukan gak boleh, t-tapi kan gak-"

"Kan gue udah suruh lo minggir tadi. Siapa suruh ngalangin jalan?" potong Ravael, lalu ia berlalu pergi setelah mendapatkan buku yang ia inginkan.

Audy mengusap punggung Zanetha. "Tenang, tenang.. Jangan emosi mulu Zanetha,"

"Gue bukan emosi, tapi-"

"Tapi gue deg - degan di deket dia," lanjut Zanetha dalam hatinya.

Zanetha tidak bisa mengalihkan fokusnya dari Ravael yang sedang berbincang di meja penjaga perpustakaan untuk meminjam buku tadi.

Lalu Audy pun menyenggol tangan Zanetha untuk menyadarkan lamunannya. "Lo ngapain liatin Ravael mulu sih? Jangan - jangan lo sebenernya suka ya sama dia," ledek Audy.

"Suka? Gak mungkin Dy, gue cuma bingung aja,"

"Bingung kenapa?"

"Ternyata Ravael itu temen kecil gue yang hilang kabar bertahun - tahun, dan rasanya aneh aja bisa ketemu lagi sekarang," jawab Zanetha dengan matanya yang masih tertuju pada Ravael.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now