37

3.6K 298 35
                                    

"Kau bisa saja kehilangan seseorang bahkan hanya dalam satu detik. Hidupmu bisa harus berputar 360 derajat. Semuanya bisa datang dan pergi kapan saja,"

♡♡

"Bangsat. Kenapa gue jadi gak tenang gini ya?" batin Ravael. 

Sejak tadi ia terus menerus memikirkan keadaan Rendra, papanya Zanetha. Ia tidak mau ada masalah baru yang menimpa Zanetha.

Hakim menepuk bahu Ravael. "Napa sih lo? Daritadi diem banget,"

"Ada yang ganggu pikiran gue,"

"Siapa? Lo ada masalah? Lo mikirin Zanetha? Tiara?" tebakan Hakim penasaran.

"Kasih dia waktu sendiri dulu, Kim," sahut Austin. Ia mengerti pasti Ravael sedang khawatir akan sesuatu.

Ravael menghela nafas berat. "Bantu doa ya, semoga semuanya akan baik - baik aja."

"Kalo butuh apapun, kita siap Rav," ucap Austin.

"Thank you," 

Driinggg.. Driinggg..

Dengan cepat Ravael langsung meraih ponselnya dan mengangkat telepon itu. Dari Livia. Semoga saja bukan berita buruk.

"Ravael? Kamu udah di rumah atau di kafe?"

"Kafe. Ada apa, Ma? Terjadi sesuatu?"

"Papanya Zanetha kondisinya semakin kritis. Kamu tolong dateng kesini secepetnya,"

"Tunggu aku."

Lalu tanpa mengucapkan apapun, Ravael langsung memakai jaketnya dan berlari secepat mungkin menuju mobilnya. Ia menancapkan gas sekencang yang ia bisa. 

"Gak. Gak boleh. Om Rendra gak boleh ninggalin Zanetha dengan cara kayak gini,"

"Bertahan. Tuhan, tolong kasih kesempatan sedikit lagi," pinta Ravael. Wajahnya sudah memerah karena panik.

-x-x-x-

Suasana di rumah sakit sudah tidak baik. Sudah ada Livia dan Adam yang menemani mereka, juga tentunya Ester yang daritadi menangis tanpa henti di ruang tunggu. Ia terduduk disana bersama Livia yang memeluknya.

Ravael tidak siap melihat kejadian buruk yang mungkin akan terjadi beberapa saat lagi.

"Ravael!" panggil Adam ketika Ravael baru saja berlari menghampiri mereka. Adam pun langsung memeluk Ravael erat.

"Papa gakpapa? Sehat?" 

"Sehat. Papa khawatir sama Om Rendra, semoga Dokter Hito bisa menyelamatkan dia,"

Ravael mengangguk cepat. "Aku yakin,"

Kemudian Ravael berjongkok di hadapan Ester yang sedang terduduk lemas. "Tante, jangan khawatir. Keadaan Om Rendra akan membaik, semuanya akan baik - baik aja,"

"Ma-makasih, sayang," jawabnya dengan suara parau.

"Kalo tante butuh apapun, bilang aja sama Ravael."

Livia tersenyum haru melihat kebaikan dan ketulusan putranya itu. "Ravael, kamu kesini sendirian? Kenapa gak ajak Zanetha?"

"Perlu aku jemput?" tawar Ravael.

"Aku gak siap ngeliat wajah Zanetha nanti," sahut Bunda Ester.

"Cepat atau lambat, Zanetha akan tetep tau semuanya kan? Mungkin lebih baik sebelom semuanya terlambat," ujar Livia.

Tiba - tiba keluarlah Dokter Hito dari ruangan dimana Rendra dirawat.

Ia tersenyum ke arah Ravael dengan ramah. "Pak Rendra ingin ketemu kamu, Ravael. Ada yang ingin dibicarakan,"

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now