22

4K 279 34
                                    

"Aku menyadari bahwa satu orang yang sama mampu menyakitimu berkali - kali, bahkan dengan kesalahan yang sama. Bodohnya kamu terus memaafkannya."

♡♡

"ADA ULANGAN??!" teriak Zanetha heboh hingga membuat kelasnya mendadak sunyi. Pagi ini Zanetha bisa - bisanya lupa ternyata ada ulangan Matematika di jam pertama.

Ia menepuk dahinya. "Kenapa gue bisa lupa sih?"

"Kan otak lo kecil, jadi wajar aja-" 

"Aw! Sakiitttt Zaaa," ujar Audy yang ucapannya terpotong karena pukulan Zanetha.

"Terus nasib gue gimana dong? Gue belom belajar apa - apa nih!"

Jihan mengacak - acak rambut Zanetha iseng. "Emang lo bakal belajar kalo udah tau bakal ulangan dari kemaren? Gak usah sok pinter!"

"Seenggaknya kan gue bisa persiapan kayak doa berjam - jam sebelom tidur atau bikin contekan!"

"Tenang aja, kita bertiga bakal remedial bareng lagi hari ini," sahut Jihan sambil mengacungkan jempolnya.

Zanetha menghembuskan nafasnya. Pasti ia melupakan ulangan hari ini karena terlalu sibuk dengan Ravael kemarin.

Ah! Gak gak gak! Mengapa Zanetha jadi memikirkan Ravael? Laki - laki dingin itu tidak pantas untuk-

"WOI! Lo kenapa malah ngelamun? Gak usah takut cuma ulangan harian gini doang," ujar Audy mengejutkan Zanetha.

"Eh, Tiara mana? Kok gak keliatan?" tanya Zanetha.

"Dia gak masuk hari ini, tapi gue lupa nanya alesannya sih. Nanti juga pasti dia ngabarin kita," jawab Jihan santai.

Zanetha mengigit bibirnya sambil berpikir. Mengapa Tiara bersikap aneh belakangan ini? Ah, sepertinya itu hanya perasaannya saja.

Audy merangkul bahu Zanetha dan tersenyum manja. "Gimana rasanya satu rumah bareng Roger? Pasti setiap detik lo indah ya, Za? Gue kayaknya betah gak keluar rumah selama 20 tahun,"

"Roger?"

"Ravael! Masa lo lupa sih?"

"Gak usah panggil dia Roger deh, gak cocok. Gue malah geli dengernya," sahut Zanetha.

Jihan pun ikut duduk bersama mereka. "Kok lo gak pernah cerita apapun tentang Ravael sih? Gue penasaran dia kayak gimana di rumah. Terus lo pernah ada adegan - adegan romantis gak di rumah? Terus Za-"

"DIEM! Jangan tanya ke gue tentang Ravael. Gue muak banget denger namanya," potong Zanetha lalu ia berjalan cepat keluar kelas.

-x-x-x-

Siang harinya sepulang sekolah, Zanetha berkali - kali memandangi jam tangannya. Ravael dan Mang Awan masih belum terlihat. Daritadi Zanetha menunggu kehadiran mereka di depan gerbang sekolah sendirian, sedangkan Audy dan Jihan sudah pulang sejak tadi.

Sudah sekitar satu jam tetapi mereka juga masih belum datang. Sialnya, ponsel Zanetha mati dan tidak bisa menghubungi siapapun. Apakah ia lebih baik pulang sendiri?

"Za," panggil seorang laki - laki yang sudah berdiri di hadapannya. S-e-r-g-i-o. Apa lagi yang diinginkan dia kali ini? 

Zanetha meremas ujung roknya ketakutan. Perlahan ia berjalan mundur selangkah demi selangkah. Lalu dengan cepat Sergio memeluk Zanetha erat. "Jangan tinggalin gue, Za. Gue gak bisa hidup tanpa lo,"

"Gak. Gue gak bisa balikan sama lo,"

"Makasih Sergio, lo berhasil bikin gue sadar kalo selama ini gue salah. Seharusnya gue dengerin apa kata orang tua gue, kata sahabat - sahabat gue. Lo itu bukan pria yang baik buat gue,"

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora