5

5.5K 394 12
                                    

"Rasa cemburu dan curiga tidak membuatmu bertambah dewasa."

♡♡

Keesokan paginya, Ravael baru saja keluar dari kamar setelah sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Tiba - tiba sudah ada orang tua Zanetha bersama gadis 'berisik' itu sedang duduk di ruang tamu.

Zanetha tidak bisa berhenti terpukau dengan rumah Ravael yang sangat amat besar dan mewah. Ia tidak pernah menginjak lantai di rumah yang mirip istana seperti ini sebelumnya. Seandainya Zanetha bisa memiliki rumah seindah ini suatu saat nanti.

Ravael memberi kode kepada Mang Awan untuk menyiapkan mobil ke sekolah. Adam memanggil Ravael untuk ikut duduk bersama mereka.

"Maaf kami ganggu kalian pagi - pagi begini," ucap Bunda Ester.

"Jangan sungkan begitu, santai aja," jawab Livia yang selalu bersikap ramah dan menampilkan senyumnya. Ravael tidak memedulikan mereka dan sibuk memakai jam tangannya serta sepatunya.

"Gak perlu basa - basi, jadi kita mau menyampaikan kalo mulai besok kalian akan tinggal berdua di rumah ini," ujar Adam dengan tegas. Zanetha dan Ravael menoleh terkejut secara bersamaan. "Hah?! Maksudnya?" sahut Zanetha masih tidak percaya.

Rendra menambahkan, "Kita berempat bakal pergi acara reuni SMA di Bali selama dua minggu, dan kalian akan tinggal disini."

Zanetha dan Ravael saling berpandang lalu menolak mentah - mentah. Siapa yang akan menerima tawaran atau ide seperti ini? Bagaimana kalo ternyata  Ravael bukan pria baik - baik?

"Gak! Aku gak mau! Pokoknya aku ikut kalian ke Bali," kata Zanetha.

Ravael beranjak dari sofa. "Terserah kalian tapi kalo dia tinggal di rumah ini, aku yang bakal pergi," ucapnya dengan tegas.

Livia menahan lengan Ravael. "Kamu gak boleh begitu, Ravael. Nurut sama kedua orang tahu kamu, bisa?"

"Bunda, Papa, aku gak maauu," pinta Zanetha dengan wajah memelas. Tetapi inilah kesepakatan yang sudah mereka rencanakan untuk melancarkan perjodohan.

"Oke. Papa gak kasih kamu uang jajan lagi, dan mobil kamu juga papa sita. Itu hukuman kalau kamu melawan," ucap Adam kepada Ravael. Ravael mengepalkan tangannya keras dan memilih untuk pergi.

Adam dan Livia tersenyum kepada Zanetha. "Kamu terima ya? Ravael gak mungkin macem - macem sama kamu. Kamar kalian juga akan jauh kok, jadi gak perlu sering ketemu," lanjut Livia berusaha merayu Zanetha.

"Tapi aku-"

"Kami harap kamu bisa terima tawaran ini. Biar Ravael nanti saya yang urus," potong Adam, lalu ia pergi dari sana bersama Livia.

Bunda Ester memeluk Zanetha dengan penuh kasih sayang. Ia berkata, "Ini semua demi kebaikan kamu, Za. Kita semua sayang kamu dan Ravael."

Zanetha menggeleng. "Kalian mau buang aku kan? Zanetha punya salah apa sama kalian? Apa ini karena Sergio? Aku gak mungkin tinggal bareng Ravael ketika aku berstatus pacar Sergio!"

"Kalo gitu kamu putusin Sergio. Beres kan?" sahut Rendra. Itulah keinginan Rendra dan Bunda Ester sejak lama sebenarnya.

"Aku gak bisa putus sama Sergio! Aku sayang dia," jawab Zanetha dengan suara bergetar. Ia berusaha menahan tangisnya.

-x-x-x-

Zaneta berjalan dengan gontai di sepanjang koridor sekolah. Ia masih tidak bisa menerima semuanya, memangnya apa perlu sejauh ini? Mengapa mereka benar - benar serius tentang perjodohan itu?

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now