25

4.1K 298 42
                                    

"Lupakan semua dongeng yang pernah ada. Aku lebih menyukai kisah kita yang selalu tak terduga,"

♡♡

Zanetha pun menghampiri Ravael yang sedang berada di belakang rumah. Ternyata laki - laki itu sedang berenang.

"Lo ngapain berenang malem - malem gini? Kalo masuk angin gimana?" tanya Zanetha khawatir. Namun Ravael hanya diam dan melanjutkan renangnya.

"Rav, lo masih marah karena tadi gue isengin?" 

"Ya gue minta maaf, jangan bete mulu. Cepet udah berenangnya, nanti lo masuk angin. Langit hari ini juga lagi mendung, banyak angin," lanjut Zanetha.

"Gue terima maaf lo. Pergi," sahut Ravael ketus.

Ia sudah berenang selama sekitar satu jam, pasti ia kedinginan. Air kolam renangnya pun sangat dingin, seperti dipenuhi es batu.

Zanetha duduk di pinggir kolam renang. "Cepet naik atau gue bikin lecet beneran mobil Tante Livia,"

Ravael memutar bola matanya kemudian naik ke permukaan. Ia duduk di sebelah Zanetha dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Mata Zanetha sulit dikontrol, ia malah salah fokus melihat tubuh Ravael yang bidang dan ideal. Zanetha menelan ludahnya dan berusaha mengalihkan pandangannya.

"Ngapain masih disini?" tanya Ravael lagi.

"Terserah gue dong. Kenapa lo ngatur - ngatur? Kalo mau masuk ke dalem, ya masuk aja sana!"

"Ada yang mau lo omongin? Kalo gak ada, gue mau masuk,"

Zanetha menunduk. "Gue mau curhat gakpapa ya? Gue gak tau harus percaya siapa sekarang selain lo. Walaupun lo ngeselin banget, dingin, cuek, tapi ya gue cuma butuh pendengar aja." Dan Ravael hanya memberi anggukan.

"Jadi gue bingung, Rav. Kenapa gue gak bisa hidup kayak perempuan lain? Gue juga mau ketemu cinta sejati gue, bahagia, pacaran bertahun - tahun terus nikah. Gue udah berusaha jadi pacar yang baik buat Sergio, tapi tetep aja ternyata gue sama dia pisah akhirnya. Sergio juga berkali - kali berharap gue berubah jadi cewek idaman dia," lanjut Zanetha.

"Idaman?" tanya Ravael kebingungan.

"Dia pengen gue berubah. Harus cantik, mulus, tinggi, putih kurus, ya udah PACARAN AJA SAMA BIHUN! Gue gak pernah bisa bikin dia puas dengan diri gue yang kayak gini. Tapi entah kenapa gue selalu mau bertahan sama dia walaupun hati gue sakit terus. Bahkan sekarang gue masih belom bisa sepenuhnya lupain dia,"

"Mungkin Tuhan sengaja bikin hati lo patah buat nunjukin kalo lo salah arah," jawab Ravael sambil sibuk mengeringkan rambutnya.

Zanetha memanyunkan bibirnya. "Ya tapi kenapa bukan Sergio? Gue selalu berdoa biar gue sama dia itu jodoh. Karena dia juga bikin gue bahagia dan selalu ada ketika gue butuh,"

"Kita gak tau rencana Tuhan,"

"Ya udah lah, gue pasrah aja sama Tuhan sekarang. Entah Sergio jodoh gue atau bukan, gue akan terima."

Ketika Zanetha hendak beranjak berdiri, ia tidak sengaja terpeleset karena licin. Dengan cepat Ravael pun menarik baju Zanetha karena tidak sempat memegang tangannya. 

Sial. Cup!

Tidak sengaja Zanetha jatuh ke pelukan Ravael, bahkan menciumnya!!! Ravael sama sekali tidak bermaksud mesum atau semacamnya, ia bahkan tidak berpikir akan terjadi seperti ini.

Mata Zanetha membulat sempurna menatap wajah Ravael, jantungnya berdebar tidak karuan. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Empat detik.

"MESSUUMMM!!!!" jerit Zanetha sambil menjauhkan dirinya dari tubuh Ravael. Nafas Zanetha pun memburu.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now