9

4.5K 302 12
                                    

"Jangan terlalu membenciku jika kamu tidak siap jatuh cinta."

♡♡

Ketika malam hari, Ravael baru akhirnya keluar dari kamarnya. Ia sejak pagi malas untuk keluar karena tidak mau bertemu Zanetha atau orang tuanya.

Lalu seorang ART berumur sekitar 23 tahun yang bernama Citra pun menghampiri Ravael. "Silahkan turun, makan malam sudah siap, Pak," ucap Citra dengan senyumannya yang ramah.

"Mama sama papa udah berangkat?" tanya Ravael. 

"Sudah sejak siang tadi. Ada yang bapak butuhkan?"

"Zanetha ada dimana?" kemudian Ravael bertanya lagi. Dan Citra pun menjawab, "Kayaknya non Zanetha sedang di kamarnya, tadi dia sempat diajak Mang Awan keliling rumah."

Ravael mengangguk singkat lalu akhirnya turun ke ruang makan untuk makan malam. Ia berharap Zanetha sudah makan tadi, jadi ia tidak perlu bertemu atau berbincang dengannya.

Citra menyiapkan alat makan untuk Ravael dan tidak lupa minuman dengan tiga pilihan agar Ravael bisa memilihnya sendiri.

Sebelum Ravael menyantap makanannya, ia kembali bertanya, "Zanetha udah makan?". Citra tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

"Bibi Nala ada dimana?" 

"Seperti biasa, Bi Nala sudah pulang tadi siang. Kan semenjak Bi Nala melahirkan, ia hanya bekerja setengah hari," jawab Citra. Bibi Nala adalah ART kedua di rumah Ravael, umurnya sudah mencapai 38 tahun.

Ravael mengangguk lalu mulai memasukkan sesuap nasi dengan lauk ke dalam mulutnya. Entah ada kesialan dari mana, tiba - tiba Zanetha datang menghampirinya sambil membawa handuk dan beberapa perlengkapan mandi.

"Maaf ganggu, lo lagi makan ya? Gue mau balikin ini," ucap Zanetha sambil menyodorkan sapu tangan milik Ravael yang dulu dipinjamkannya. "

"Gak usah dibalikin, gue masih punya banyak". Jawaban Ravael lagi - lagi menyebalkan untuk didengar, Zanetha mendengus kesal dan meletakannya di meja makan.

Citra dengan ramah lalu bertanya, "Non Zanetha mau mandi? Perlu saya antarkan?".

"Gak perlu mbak, saya sudah tau kok letaknya," jawab Zanetha.

Ketika Zanetha hendak pergi dari ruangan itu, Ravael tiba - tiba berkata, "Jangan pake barang apapun milik gue. Kalo butuh sesuatu, bilang Citra atau Mang Awan aja,"

Zanetha lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Wah, ia sangat takjub melihat kamar mandi yang sangat besar itu dengan lantai dan dinding yang dilapisi marmer marbel abu-abu. Bahkan ada dua jendela besar yang membuat Zanetha dapat melihat keindahan kota di malam ini.

Ia meletakkan handuknya di wastafel dan sibuk berkeliling kamar mandi itu. "Semoga suatu saat gue bisa punya rumah kayak gini," gumamnya.

Lalu, Zanetha mengambil ponselnya dan mengambil beberapa foto disana untuk memamerkannya pada kedua orang tuanya. Jika Ravael tidak menyebalkan seperti itu, mungkin Zanetha akan cepat betah berada disini. 

"Oke cukup. Sekarang waktunya gue cuci muka!" ucap Zanetha bersemangat. Ia mulai menguncir rambutnya dan berdiri di depan kaca wastafel yang cukup besar itu.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя