18

4.3K 281 25
                                    

"Hari apapun yang aku habiskan bersamamu adalah hari favoritku. Jadi, hari ini adalah hari favorit baruku."

♡♡

Dengan langkah cepat, Ravael mencari Valen dan ketiga sahabatnya yang entah berada dimana. Ia mulai mencari ke kelas, perpustakaan, kantin, koperasi, bahkan seluruh kamar mandi sekolah. Hingga langkahnya terhenti melihat Tiara yang sedang bersama Valen. Mungkin Tiara juga sedang melabrak Valen karena tingkah lakunya pada Zanetha.

Ravael memberikan sorot mata tajam pada Valen. "Apa alesan lo ngelakuin itu?" tanya Ravael dengan tegas.

Valen tersontak melihat kehadiran Ravael yang tiba - tiba. "L-lo kok disini?"

"Siapa yang sebar rumor itu?" tanya Ravael lagi tanpa menjawab pertanyaan Valen.

"Rumor? Lo ngomongin apa sih?" sahut Valen gugup. 

"Gue gak ada waktu basa basi. Jawab pertanyaan gue,"

Tiara mengusap lengan Ravael dengan lembut. "Sabar Rav, jangan pake emosi. Gue juga tadi lagi ngobrol sama dia buat nyari tau kebenarannya,"

"Lo mau gue permaluin kayak gitu juga?" tanya Ravael pada Valen. Valen hanya menundukkan kepalanya merasa takut. Ya siapa yang tidak takut pada anggota VOLK?

"Ravael, lo jangan salah paham dulu. Gue gak-"

"Gue mau lo minta maaf ke Zanetha. SEKARANG," potongnya dengan wajah tegasnya yang membuat Valen semakin gemetar.

Valen mengangguk cepat lalu ia berlari pergi dari sana. Ia tidak mau ada murid lain yang melihat ia dimarahi oleh Ravael.

Ravael menjauhkan tangannya dari Tiara. "Lo ngapain?" tanya Ravael.

"G-gue? Maksudnya?"

Karena malas berbincang dengan orang tidak penting, Ravael akhirnya berlalu pergi dan kembali ke kamar mandi dimana ada Zanetha tadi.

Ternyata Zanetha masih sibuk membersihkan rambutnya dengan air yang tadi terkena telur. Sekarang setengah dari rambutnya bau amis dan ia tidak berani keluar dari sana.

Zanetha menatap penampilan buruknya dari pantulan cermin. "Kenapa sial banget sih gue?! Seharusnya dari awal gue tolak mentah - mentah perjodohan ini. Mending gue tidur di jalanan daripada harus satu rumah sama Ravael!" umpatnya.

Sungguh Zanetha tak mengerti mengapa takdir dan semesta begitu kejam padanya. Apa lagi hal buruk yang akan terjadi selanjutnya? Semoga saja Zanetha siap menanggungnya.

"Udah masuk jam pelajaran kedua. Lo gak ke kelas?" tanya Ravael yang entah darimana muncul begitu saja di ambang pintu.

"Gak usah sok peduli!"

"Lo marah sama gue? Kan ini bukan ulah gue,"

Zanetha menatap sinis Ravael. "Ini secara gak langsung gara - gara lo, Ravael Putra! Jangan bikin gue makin emosi deh, mending lo ke kelas aja sendiri."

"Rambut lo masih kotor?" tanya Ravael lagi. Ia bukan berusaha peduli atau modus, tetapi itu mungkin hal normal yang manusia lakukan. Ia masih memiliki rasa kasihan pada Zanetha.

Karena Zanetha tak menjawabnya, Ravael pun melangkahkan kakinya mendekati Zanetha dan perlahan mengusap rambut Zanetha dengan handuk kecil berwarna putih yang sudah ia bawa.

Deg..Deg..Deg.. Jantung Zanetha berdegup kencang tak karuan. Ia menatap wajah Ravael tanpa berkedip, bahkan tidak mampu mengeluarkan kata.

Perlahan Ravael mengusap dari akar rambut hingga ujung rambut Zanetha dengan handuk itu. Ia terlihat fokus dan berhati - hati. Tanpa disadari, Zanetha mulai tersenyum tipis menerima perlakuan seperti itu dari Ravael.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now