41

3.8K 290 45
                                    

"Aku akan selalu melindungimu dari segala ketakutan. Dan membahagiakanmu adalah misiku selanjutnya."

♡♡

"Gue mau ke toilet dulu deh, bel masuknya masih lama kan?" ucap Zanetha kepada dua sahabatnya.

Audy mengangguk. "Bel masuknya dua puluh menit lagi. Za, lo yakin gakpapa? Perlu kita temenin gak?"

"Gak usah, gue udah gede gini. Kalian disini aja,"

"Jangan lama - lama ya, Za." Lanjut Jihan sambil melambaikan tangannya.

Zanetha membalikkan tubuhnya dan menunjukkan tersenyum pahit. "Susah banget buat gue pura - pura kuat kayak gini. Gue capek, rasanya gak mau sekolah,"

Lalu Zanetha pun akhirnya keluar kelas dan berjalan dengan wajah menunduk sepanjang koridor sekolah. Ia tidak nyaman melihat wajah - wajah siswa yang menatapnya dengan sinis, ataupun iba.

Telinga Zanetha terasa panas. Matanya pun mulai memerah dan berkaca - kaca mendengar ucapan di kanan kirinya. Masih pagi begini, tetapi masalah lagi - lagi datang pada Zanetha.

"Papanya meninggal? Kok bisa?"

"Jangan - jangan papanya bunuh diri? Bisa aja kan?"

"Stress kali papanya punya anak kayak dia di sekolah,"

"Mungkin juga sih dia penyebab papanya meninggal, ya kan?"

"Jijik gue liat mukanya!"

Zanetha memejamkan matanya, berusaha untuk cuek dan tidak mendengar perkataan jahat mereka. 

Tiba - tiba ada seorang laki - laki seangkatannya yang berdiri menghalangi jalan Zanetha. Gayanya saja sudah 'tengil' sambil mengunyah permen karet. Zanetha sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Lo mau apa?" tanya Zanetha.

"Gue mau ngucapin turut berduka cita. Boleh gue tau gak alesan papa lo meninggal? Apa ada hubungannya sama lo?"

"Kalo ngomong jangan sembarangan!"

"Kok lo marah? Kan gue cuma penasaran, pasti semua murid disini juga kaget pas denger kabar itu. Apa lo ngerasa kehilangan papa lo? Atau malah lo seneng? HAHAHAHAH," dilanjutkan gelak tawa dari beberapa siswa lain.

Seperti pahlawan yang datang tepat waktu, mendadak Ravael muncul dan langsung menarik kerah seragam laki - laki tidak sopan itu. "Apa yang lucu? Butuh hiburan?" tanya Ravael dengan suara beratnya.

"E-eh, maksud gue.. Anu, gue gak bermaksud nyakitin Zanetha,"

"Terus maksud lo apa?"

"Gue cuma mau ngucapin turut duka cita, emangnya salah?"

"Cara lo salah. Gue gak suka liatnya,"

Zanetha menundukkan wajahnya ketakutan. Ia tidak mau melihat Ravael yang dipenuhi kemarahan.

Laki - laki tadi hanya tersenyum remeh tanpa dosa. "Kenapa lo belain dia? Lo pacarnya? Atau lo pernah 'pake' dia?"

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now