8

4.6K 316 9
                                    

 "Memikirkan bahwa aku akan bersamamu besok memberikan aku kekuatan untuk melalui hari ini."

♡♡

Tibanya Zanetha dan Bunda Ester di rumah, langsung disambut dengan wajah tak enak Rendra, papa Zanetha. Sepertinya ia akan kembali dimarahi lagi, tetapi memang ini kesalahannya.

"Maafin Zanetha," ucap Zanetha dengan tulus. Ia sungguh - sungguh merasa bersalah pada kedua orang tuanya.

Rendra menghela nafas kasar. "Sampe kapan kamu mau begini, Za? Kenapa susaahh banget untuk kamu berbakti sama orang tua?" tanya Rendra.

"Bunda kan udah bilang, Sergio itu bukan laki - laki yang baik untuk kamu. Dia membawa pengaruh buruk," tambah Bunda Ester dengan lembut. Zanetha hanya menggeleng. 

"Kalian gak ngerti perasaan aku! Sergio itu gak seburuk yang kalian pikirin," sahut Zanetha dengan sedikit berteriak. Bunda Ester segera menarik Zanetha ke kamarnya sebelum terjadi pertengkaran dengan Rendra. 

Zanetha duduk di tempat tidurnya dan matanya mulai berkaca - kaca. "Kalian jahat sama Zanetha. Kenapa kalian gak biarin aku milih kebahagiaan aku sendiri?" ujar Zanetha dengan suara lirih.

Bunda Ester langsung memeluk Zanetha. "Kamu akan mengerti suatu saat nanti. Gak ada orang tua yang mau melihat anaknya sengsara di masa depan,"

"Aku cuma bisa sayang sama Sergio,"

"Sampe kapan kamu harus maksain diri untuk tahan sama sikap Sergio yang semena - mena begitu? Kamu gak bisa hanya melihat cinta dan cinta aja, itu namanya cinta buta."

"Terus emangnya apa sisi bagusnya dari cowok kaya sok ganteng itu? Apa cuma karena dia kaya? Aku gak butuh uangnya, Bun," tambah Zanetha lagi.

"Dia itu laki - laki baik yang bertanggung jawab, masa depannya sudah terjamin, pekerja keras, dan dia-"

"Terserah." Zanetha pun merebahkan dirinya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia hanya tak bisa mengerti apa alasan dibalik perjodohan ini.

Kemudian Bunda Ester mengambil koper besar dan meletakannya di sisi tempat tidur Zanetha. Ia mulai membuka lemari pakaian Zanetha dan memasukkan satu per satu pakaian Zanetha. "Besok Mang Awan bakal jemput kamu sekitar jam 8 pagi. Jangan cari alasan untuk kabur,"  ucap Bunda.

Zanetha meremas selimutnya. "Aku gak mau pergi! Kenapa aku harus nginep di rumah orang asing? Kalo Ravael macem - macem ke aku gimana? Bunda, aku pokoknya mau ikut kalian ke Bali. TITIK!"

"Gak bisa, Zanetha. Kamu udah janji kalo bakal nurutin kemauan Bunda dan papa."

"Tapi masa harus sejauh ini? Kenapa kalian percaya banget sama Ravael?" tanya Zanetha kesal. Bunda Ester tetap melanjutan aktivitasnya dan menjawab, "Kita udah kenal keluarga mereka lebih dari 10 tahun. Masa gak percaya?"

Dengan kasar Zanetha menghempaskan selimutnya lalu pergi keluar kamarnya. Bunda Ester menghela nafas berat. "Maafin bunda dan papa, Zanetha. Pokoknya bunda jamin kalau kamu akan hidup bahagia sama Ravael," ucapnya.

-x-x-x-

Drriinggg.. Driingg..

Zanetha dengan nyawanya yang belum 100% meraba - raba meja di samping tempat tidurnya untuk mengangkat telepon itu.

"Halo," ucapnya dengan suara yang berat.

"Non, saya sudah di depan rumah. Kalau sudah siap-"

"Apa?!" sahut Zanetha terkejut. Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan berlari mencuci muka ke kamar mandi.

Zanetha hanya membilas wajahnya dan menyikat gigi, lalu langsung berlari turun. "Sudah siap berangkat?" tanya Bunda Ester sambil mengusap rambut Zanetha.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang