30

4.2K 305 25
                                    

"Aku terlihat kuat dengan sebuah kata, namun aku menjadi lemah karena sebuah nama."

♡♡

Keesokan paginya, suasana sekolah heboh oleh para gadis karena kedatangan Ravael kembali. Satu hari saja tidak ada sosok Roger di sekolah, rasanya sekolah hampa dan tidak ada semangat.

Ravael memandangi kerumunan itu, ia tidak menyukainya. 

"Usir mereka," perintah Ravael pada Zanetha yang masih asik merapikan rambutnya sebelum masuk ke sekolah.

"Hah? Lo nyuruh gue? Kenapa harus gue?"

"Siapa lagi? Gue gak suka kerumunan kayak gitu,"

"Gak mau. Urus aja sendiri," jawab Zanetha santai. Lalu ia pun langsung berjalan mendahului Ravael, ia tidak peduli juga dengan laki - laki itu.

Layaknya pelindung, tiba - tiba keempat sahabat Ravael datang dan menariknya agar masuk ke melalui pintu belakang sekolah.

"Rogeerr! Akhirnya gue bisa liat lo di sekolah lagi.. Kok lo abis sakit, malah tambah ganteng sih?" ucap Hakim bercanda.

"Gila lo udah kayak selebritis aja, masa baru dateng udah disambut puluhan orang begitu?" tambah Edgar.

Ravael menggeleng pelan. "Biasanya kalian juga digituin. Gak usah ngeledek gue terus,"

"Btw, urusan Sergio gimana nih? Harus kita selesain pake cara apa?" tanya Austin tiba - tiba serius.

Anggota VOLK hanya menatap Ravael menunggu jawaban dan keputusan darinya.

Tentu saja Ravael ingin membalasnya dua kali lipat lebih kejam jika bisa, tetapi Ravael teringat kalau ada dua perempuan yang melarangnya untuk bertengkar. Livia dan Zanetha.

"Kok bengong sih? Gimana Rav menurut lo?" tanya Hakim lagi.

"Biarin aja. Gak usah bales dendam,"

Ezra menautkan kedua alisnya bingung. "Maksud lo? Kita diem aja?"

"Terus mau gimana lagi? Udah, gak perlu diperpanjang. Gue juga udah janji buat gak berantem - berantem lagi," sahut Ravael. 

Kemudian Ravael pun berjalan pergi meninggalkan mereka. Aneh rasanya, VOLK yang selalu menyukai "perang", kini Ravael malah tidak tertarik. Ia terus merasa bersalah pada Livia dan Zanetha.

Langkah Ravael terhenti ketika berada di depan ruang musik yang jarang dipakai. Ia mendengar sesuatu. Perlahan Ravael pun mendekatkan telinganya pada lubang pintu itu.

"BRENGSEK!! Kenapa hidup selalu gak adil..?! Apa gue gak berhak bahagia? Kenapa gue hidup kesepian dan sendirian kayak gini?"

"GUE CAPEK! Gue capek terus berusaha kuat, tegar, tapi nyatanya gue lemah. GUE PENGECUT!"

"Sekarang papa selingkuh setelah dia nyakitin mama, terus gue gimana? HAH? Gimana nasib gue? Kenapa ribuan masalah terus - terusan dateng ke gue?!"

"Tolong.. Gue capek. GUE GAK MAU LAGI HIDUP! Gue gak bisa jalanin hidup kayak gini sendirian. Gue gak mampu. Ya Tuhan, tolong aku.." pinta seseorang sambil menangis.

Brak!

Setelah mendengar ada barang yang jatuh dari dalam, dengan cepat Ravael membuka pintu ruangan itu. Ternyata disana ada Tiara. Apa yang terjadi dengan gadis itu?

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Where stories live. Discover now