Extra Chapter

300K 29.7K 1.7M
                                    

FOLLOW INSTAGRAM AKU: alaiaesthetic & radenchedid (cadangan). Biar engga ketinggalan info tentang ceritaku! 🤍

————

Extra Chapter: SKYIA WITH BABIES

Alaia tertidur ketika sedang menyusui Aishakar. Dia menghadap ke kiri dan berada di tengah kasur yang besar. Satu tangannya memegang punggung Aishakar, mencegah bayi kecilnya berubah posisi.

Langit tengah mengamati Atlanna yang pulas di ranjang bayi. Dia beralih menatap istrinya lalu mendekat. Pelan-pelan Langit naik kasur untuk mengambil Aishakar yang sudah terlelap.

"Shhh ...." Langit mengeluarkan suara kecil kala ia mendekap bayi lelakinya.

Sesudah Aishakar ditaruh di samping Atlanna, kini Langit pindah ke kasur besar yang ditempati sang istri. Dia merebah di sebelah Alaia, memiringkan badan, bergeser turun hingga wajahnya menghadap sumber susu milik anak-anaknya.

Baru saja Langit mau menyusu, Alaia keburu buka mata dan tersentak melihat Aishakar berubah jadi Langit.

"Angit!" kejut Alaia.

"Aia, ih, ngagetin." Ternyata Langit kaget juga.

"Kenapa kamu yang di situ? Di mana Shaka?" Alaia bertanya-tanya seraya menyapukan pandangan ke seisi kamar.

"Udah aku pindahin, Sayang. Udah bobo," jawab Langit. "Sekarang aku minta jatah."

Langit mengangkat kaos tipis Alaia hingga dua buah dadanya sama-sama terlihat, bukan hanya satu. Dia menenggelamkan wajah di antara benda besar itu dan menutup mata untuk lebih menikmatinya. Harum tubuh Alaia membuat Langit bertambah betah.

"Enggak boleh isep-isep lagi, ya," peringat Alaia.

Dia kapok karena kemarin Langit menyakiti nipple-nya hingga dada Alaia nyeri seharian. Sekarang pun masih tidak nyaman rasanya.

"Hehehe," kekeh Langit. "Gemes, Aia. Pinky."

Dada Alaia mulai panas. Dia melenguh ringan yang bikin Langit seketika mengukir senyum miring tanpa sepengetahuannya. Lalu tiba-tiba Alaia teriak, "ANGIT!"

Langit baru saja menggigit salah satu bulatan itu dan dalam sekejap mata Alaia berkaca-kaca. Dia cemberut, kemudian beranjak bangun menjauh dari suaminya yang gila. Sambil tetap tiduran, Langit bergeser-geser dan meraih satu tangan Alaia untuk digenggam.

"Sakit ...," lirih Alaia.

"Maaf, enggak sengaja tadi. Sini atuh ih jangan jauh-jauh." Langit berkata.

"Angit enggak tau rasanya sakit banget." Alaia masih menahan tangis.

"Tadi kamu bilang enggak boleh isep. Ya udah, aku gigit."

"Tapi kalo digigit lebih sakit, Angit."

"Iya, maafin Angit."

Alaia belum bergerak. Dia masih menunduk dan menilik puting kirinya yang sedikit lebih merah dari yang kanan. Wajahnya sangat sedih, tapi ia tidak bisa marah-marah pada Langit karena terlalu lelah seharian ini.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang