36. Laut dan Alaïa

364K 28.9K 39.3K
                                    


⚠️ 🔞 ⚠️

⚠️ 🔞 ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

36. LAUT DAN ALAÏA

Lirikan Kai cukup tajam menghunus retina Zito. Mereka berada di ruang sepi ini kurang lebih tujuh menit. Masih ada beberapa belas menit lagi sebelum Zito diharuskan meninggalkan tempat.

Hela napas Zito terdengar lebih rileks dibanding Kai yang menahan marah. Padahal kedatangan Zito kemari bukan untuk menciptakan keributan. Kai terlalu overthinking, ditambah ia memendam kesal berada di sini karena ulah Selly yang tak lain adalah anak kandung Zito.

Mata Zito mengamati Kai, melihat tidak ada perubahan drastis dari orang itu. Yang membedakan penampilannya hanya kumis serta jenggot yang tumbuh lebih banyak dari bulan-bulan lalu.

"Alaia udah nikah." Zito berhasil memecah keheningan.

Pupil Kai membesar dalam sedetik, kemudian mengecil lagi. Ia mempertajam tatap dengan mimik yang menunjukkan dirinya tidak percaya ucapan Zito. Ia mendengkus, "Ngaco aja lo."

"Alaia udah nikah," ulang Zito, "sama anak muda, namanya Langit."

Kai masih dengan ekspresi yang sama. Ia belum bisa menerima begitu saja apa yang Zito katakan. Itu terdengar seperti main-main alias tidak serius.

"Gue ga bisa dateng ke acara mereka. Tapi, istri sama anak gue udah di sana. Acaranya di kapal pesiar," tutur Zito lagi. "Malem ini mereka balik, besok dipastiin udah sampe sini."

Rahang Kai mengeras disertai giginya saling beradu. Ia berucap penuh penekanan, "Kenapa gue nggak dikasih tau dari awal?"

Zito tersenyum miring. "Oh, pantesan lo kaget denger kabar tentang Alaia."

"Dia makin kurang ajar sama gue. Ga ada rasa terima kasih," desis Kai.

"Tapi itu gara-gara lo juga, Kai. Seandainya lo baik sama Alaia, dia ga bakal 'lupain' lo gini." Zito berkata.

"Tetep ajalah!" Kai menyentak sampai menggebrak meja di depannya. "Anak kurang ajar. Nyesel gue hidupin dia dari kecil!"

"Hus! Lo ga boleh bilang begitu," tegur Zito yang tak suka mendengar omongan Kai.

"Harusnya dulu gue biarin aja dia terdampar sampe mati kering, atau gue buang ke tengah laut biar dimakan hiu!" Kai kepalang marah hingga bicara seenaknya.

"Kai!" Kali ini Zito tidak bisa terima. "Seharusnya lo bisa jaga mulut! Ga etis banget lo ngomong begitu."

"Biarin aja, gue udah kelewat benci sama itu anak. Anak sial!" geram Kai.

Zito cukup pandai mengatur emosinya hingga tak mudah terpancing marah karena Kai. Ia lalu berujar, "Anak sial? Bukannya dia anak yang bawa hoki buat lo sampe lo bisa punya rumah mewah kayak sekarang? Lo sendiri yang bilang kalo Alaia bukan anak sembarangan!"

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang