39. Aqua

243K 26.6K 25.5K
                                    

39

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

39. AQUA

Setelah berganti celana dan menghabiskan susu hangat, Alaia ajak Langit meninggalkan hotel untuk sekadar jalan-jalan di tepi pantai.

Jarak pantai tidak jauh, maka mereka berjalan kaki ke sana. Sebenarnya Langit tak ingin pergi karena khawatir Alaia akan mengeluh nyeri pada pinggang ataupun perut, tapi perempuan itu meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Apalagi Alaia selalu memamerkan senyum yang membuat Langit akhirnya luluh.

Sebelum ke tujuan utama, langkah Alaia memelan sambil menatap sederet toko penjual berbagai jenis barang dagangan. Mulai dari cinderamata, pakaian, makanan, dan masih banyak lagi. Ternyata keadaan di sekitar pantai ini lebih ramai pada malam hari dibanding siang.

Langit mengikuti arah mata Alaia, lalu bertanya, "Mau ke situ?"

Senyum Alaia tersungging lebar. "Mau."

Lantas mereka beranjak dan masuk ke salah satu toko dengan nuansa pantai yang enak dipandang. Terdapat pajangan pohon kelapa di beberapa sudut toko, juga hiasan dinding berupa lampu-lampu ukir serta pigura cantik. Ada alunan lembut sebagai pengiring para pengunjung ketika mereka asyik memilah barang.

Alaia dan Langit berpencar. Langit tertarik melihat rak berisi benda-benda unik, sementara Alaia anteng melihat-lihat boneka di rak lain. Cewek itu takjub dengan bentuknya yang ia pikir mirip hewan laut.

"Cantik." Alaia memandang boneka gurita yang begitu imut. Imut karena kepalanya besar tapi tentakelnya pendek.

Tanpa pikir lama, Alaia membawa boneka tersebut ke kasir yang kebetulan sepi. Ia menyodorkan guritanya penuh rasa bahagia. Melihat wajah senang Alaia membuat pegawai itu terkekeh pelan.

"Ini saja?" Wanita itu bertanya, tentu menggunakan bahasa asing.

"Iya," jawab Alaia.

Usai barcode di-scan, harga boneka mini itu muncul pada layar display kasir. $39.99 atau sekitar 590.000 bila dirupiahkan.

Alaia diam, begitu juga wanita di hadapannya yang menunggu Alaia membayar. Momen ini terjadi hingga beberapa menit terlewat. Pegawai itu mengusap kening karena tampang polos Alaia seakan tak memiliki dosa.

"Aku enggak punya uang." Alaia berkata.

Dengan ramah dan penuh kesabaran, pegawai dengan nametag Nalu itu menjawab, "Masih ada boneka lain yang harganya lebih terjangkau. Apa kamu mau?"

Alaia menggeleng. "Aku mau boneka ini aja."

"Mungkin kamu perlu mengumpulkan uang lagi, lalu kembali ke sini di lain waktu." Nalu tersenyum.

Kepala Alaia tertoleh ke Langit yang masih sibuk dengan dunianya sendiri. Bahkan lelaki itu tidak sadar Alaia sudah berpindah tempat ke kasir. Tanpa mau mengganggu Langit, Alaia membuang napas berat dan menarik boneka tadi untuk mengembalikannya ke rak.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang