51. Pudar

200K 24.8K 38.6K
                                    

51

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

51. Pudar

Daren berhenti di depan pintu rumah orang tua Lila. Benda besar berbahan jati itu bergerak terbuka usai Daren ketuk beberapa kali. Seorang wanita muncul di ambang, memberi seulas senyum tipis pada tamunya.

"Sore, Tante." Daren menyapa.

Dara mengangguk singkat. "Sore, Ren."

"Lila ada, Tan?" Lelaki itu bertanya.

Dara mengernyit sebentar. "Lila di kost."

"Nggak ada, Tan. Saya udah datengin kosannya tapi tiga hari ini Lila nggak keliatan. Saya pikir dia di rumah," ungkap Daren.

"Loh, serius kamu?" Dara terheran. "Baru kemarin Lila telepon saya bilang lagi seneng, lagi makan-makan sendiri di kosan. Dia betah di sana, nggak mau pulang ke rumah."

"Oh, begitu, ya, Tan? Berarti nomor Lila aktif?" tanya Daren lagi yang akhir-akhir ini dibuat bingung oleh sikap Lila.

"Aktif. Biasanya dia telepon saya malem-malem. Kalo pagi sampe sore gini susah dihubungin. Tapi saya maklum, dia pasti baik-baik aja di sana." Dara berujar. "Mungkin kamu dateng ke kosannya pas dia lagi pergi. Lila itu lagi suka jalan-jalan sendiri, katanya mau nyenengin diri sendiri biar nggak banyak pikiran."

Daren mengangguk yang artinya memahami semua ucapan Dara. Entahlah, tapi yang terjadi pada Daren tentang Lila malah sebaliknya. Cewek itu menghilang tanpa kabar yang jelas sejak beberapa bulan terakhir. Dihubungin pun sangat susah. Chat Daren juga jarang dibalas.

'Apa Lila udah bosen, terus ga mau berhuhungan lagi sama gue?' Begitu isi pikiran Daren.

Lelaki yang memiliki usia sama dengan Lila, yaitu sembilan belas tahun, kini beranjak usai pamitan pada Dara. Ia menghampiri motornya yang terparkir di halaman rumah kediaman orang tua Lila, lanjut pergi meninggalkan tempat. Derum motornya terdengar makin jauh di telinga Dara.

Dia sama sekali tidak tahu bahwa hidup Lila berubah semenjak bertemu dengan Amatheia La Luna. Tanpa Daren tahupun terkadang namanya menyelinap masuk ke pikiran Lila. Tapi mungkin perasaan Lila ikut berubah seperti gaya hidupnya sekarang.

Di lautan lepas, Lila menikmati sergapan air yang mulai bertambah dingin karena matahari sedikit lagi tenggelam sempurna. Lehernya berhias kalung koin berukir ekor siren yang tak ingin ia lepas sampai kapanpun. Rambutnya bergerak di bawah ombak, bersamaan tubuhnya terus berpindah dari satu titik ke titik lain.

Ikan-ikan berhamburan menjauh dari Lila karena sosok siren memiliki energi jahat yang bisa saja membunuh makhluk lain tanpa aba-aba.

"Gosh, sum abhorrent!" (Anjir, kaget!)

Lelaki berambut biru itu menghindar saat hampir bertubrukan dengan Lila. Iya, tadi itu Mavi yang latah berkata kaget. Segelintir ikan lucu yang tadi berada di belakang Mavi, kini semuanya berpencar karena tidak mau berurusan dengan Lila— si siren baru.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang