4 || Kacang Milik Genta

10.9K 1.1K 17
                                    

Lingga tidak tahu jika sebelumnya mejanya memang sudah ada yang menempati, karena begitu Lingga masuk sudah ada tas selempang hitam menghiasi meja yang telah ditempati Lingga.

Lingga jadi ragu, ingin duduk disana, takutnya orang itu tidak ingin duduk dengannya. Akan tetapi dia juga menimbang lagi jika dia tidak duduk disana lalu dimana? Karena memang semuanya sudah pas terisi.

Maka akhirnya Lingga pun memutuskan untuk duduk saja, terlebih diusir atau tidak, urusan belakangan.

***

"Kacang telor yang ini kok enak ya? Tapi gue coba buat malah jadi gak enak?!"

Seseorang berkata sambil memasukan kacang telor Rosta dan mengecap-ngecap rasanya yang terjejak di mulut, teman disebelahnya yang sedang menyeruput es jeruk menaikkan sebelah alisnya.

"Emang Lo bisa buat begituan?"

Tanyanya penasaran, seseorang yang sedang memakan kacang Rosta itu menengok dan menatap temannya dengan wajah lurusnya lalu ia mengangguk.

"Bisa, kan kemarin gue bikin ginian tapi pake kacang tanah terus gue campur sama adonan tepung campur telur. Terus Abang gue dateng nyicipin eh orangnya malah ngamuk-ngamuk, katanya gue ngabisin bahan makanan ajah buat bikin yang gak guna, terus dia juga bilang rasanya gak enak. Sambil ngomel dia juga nyuruh gue buat abisin tuh."

"Terus Lo abisin gitu?" Respon orang yang tadi minum es jeruk itu, ia memasang wajah meringis mengingat ucapan kakak temannya itu yang pedas sekali omongannya.

"Ya abisinlah, karena Abang gue ngancem potong uang jajan, ya udah gue abisin ajah pake nasi kan daripada gue gak jajan dan ternyata pas gue coba emang rada aneh sih, tapi gak terlalu gak kerasa karena pake nasi." Jelasnya lagi sambil terus menyuap kacang Rosta ke dalam mulutnya, dilihat dari wajahnya pemuda itu tampak sama sekali tidak terganggu saat dia memaparkan kebodohannya sendiri hanya sesekali mengerutkan alis begitu mengingat kembali rasa telur tepung buatannya itu.

"Iky!"

Panggil seseorang dari arah belakang langsung mengintrupsikan keduanya yang tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Spontan mereka lantas menengok kebelakang, orang yang dipanggil Iky langsung saja sumringah dan berlari menuju si pemanggil.

"Sultannn!!" Panggilannya dengan gembira sambil memeluk kencang temannya yang telah izin seminggu itu.

"Anjing !! Jangan peluk-peluk! tangan gue masih sakit tai!!" Makinya yang membuat Iky langsung saja menjauhkan diri, kemudian tertawa mengejek, yang dibalas delikan tak senang dari yang dipanggil sultan itu.

"Bro, sehat?" Timpal orang lainnya dari samping Iky dengan perawakan paling bongsor diantara mereka sambil ikut menghampiri dan mengulurkan tangannya.

"Lo lagi Gen! Buta mata Lo hah! Gak liat tangan kanan gue diperban gini anjing." Ujar Sultan yang emosi menghadapi pola tingkah kedua temannya yang tidak jelas.

"Ya kan gue gak liat Lang."

"Gak liat mata lu! Ini perban Segede gaban Genta! semut sama tissu di lantai putih ajah keliatan apalagi perban bego!"

Iky yang melihatnya menarik Genta menjauh dari temannya yang sedang terbakar emosi jiwa raga.

"Udah-dah, sultan ngomel-ngomel mulu, bagi oleh-oleh kek izin seminggu masa gak bawa apa-apa."

"Ini lagi Sultan-sultan! Nama gue Erlangga. Bagi oleh bapak kau! Gue izin gara-gara sakit bego! Lu kira gue pergi safari apa?! Omong-omong balikin tendo gue ya anjing yang Lo bawa." Tagih Erlang sambil menadahkan tangannya, meminta tendo yang Iky bawa saat menjenguknya tadi malam.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now